Baru saja dilantik sebagai Panglima TNI, Jenderal Andhika Perkasa harus dihadapkan dengan berbagai masalah.
Selain masalah gangguan keamanan seperti yang terjadi di Papua maupun di Poso, Sulawesi Tengah yang sejak lama belum juga diselesaikan, konflik perbatasan di perairan laut Natuna yang melibatkan beberapa negara yang juga menjadi pekerjaan rumahnya di kancah regional, baru-baru ini mantan KASAD inipun tak luput dari masalah "sepele" seperti percekcokan yang terjadi antara keluarga dari anggota TNI AD dengan keluarga salah seorang anggota DPR RI.
Yang tidak kalah menyita perhatian masyarakat, adalah insiden yang terjadi di Ambon, Maluku antara anggota TNI AD dengan anggota Polisi lalu lintas, dan - konflik yang terjadi di Mimika Papua antara anggota Kopassus dengan anggota Brimob.
Dua insiden terakhir yang disebutkan di atas tadi, sepertinya memang bukanlah sesuatu yang baru kali ini saja didengar publik. Perseteruan antara TNI dengan Polri boleh dibilang merupakan lagu lama yang terus terulang sejak Republik Indonesia ini berdiri hingga sekarang ini.
Adu jotos personal TNI dengan anggota Polisi lalu lintas di Ambon, maupun bentrokan anggota Kopassus dengan anggota Brimob di Mimika, Papua, memang seolah ucapan selamat datang kepada Panglima TNI yang baru, dan di belakangnya memberi pesan kuat agar konflik, bentrokan, perseteruan atau apalah namanya, yang sering terjadi antara aparat keamanan dan pertahanan kedaulatan negara ini, segera diselesaikan, dan jangan, sekali lagi: jangan terulang lagi di masa depan.
Memang benar. Sekilas bentrokan, atau konflik itu pemicunya adalah masalah yang dianggap sepele.
Sebagaimana yang terjadi di Ambon misalnya, lantaran anggota TNI yang tidak menerima sepeda motor keluarganya ditilang polisi yang sedang bertugas.Â
Demikian juga dengan bentrokan anggota Kopassus dengan anggota Brimob di Mimika Papua, pemicunya adalah hanya karena harga rokok yang dianggap kemahalan.
Apakah memang benar hanya karena masalah "sepele" seperti itu saja hingga menimbulkan perselisihan, layaknya Tom dan Jerry saja hingga adu jotos dan bentrokan?
Apabila kembali menengok ke belakang, bisa jadi hal tersebut berpangkal dari ego dan gengsi kedua matra, tentara dan polisi juga. Betapa tidak, ketika di jaman Orla, atau orde lama, di bawah rezim pemerintahan Soekarno, kepolisian dianggap "anak emas", dari pengawal dan ajudan Bung Karno, ketika itu.