Sehingga Diah hanya mengerjakan tugas yang ringan-ringan saja. Mengasuh anak majikannya yang masih balita misalnya, dan membantu pekerjaan rekannya yang sudah dianggap sebagai ibu oleh Diah.
Dari ART yang lebih tua itu juga Diah banyak belajar segala macam pekerjaan yang biasa dilakukan sebagaimana biasanya yang menjadi pekerjaan asisten rumah tangga.
Tanpa terasa Diah sudah tiga tahun bekerja sebagai ART di Jakarta. Hingga suatu hari, sebagaimana diceritakan ibunya, ketika hendak berbelanja ke pasar, di jalan Diah bertemu dengan seorang pria yang kemudian mengajak untuk berkenalan.
Berawal dari pertemuan di jalan, ternyata pria yang usianya lebih tua dari dirinya itu kemudian hampir setiap Diah pergi ke pasar selalu menemaninya. Bahkan selanjutnya tidak hanya menemani berbelanja saja. Kalau ada kesempatan, Diah sering diajak jalan-jalan. Pergi ke tempat wisata, atau ke Mall sebagaimana biasanya dilakukan orang kota yang sedang berkencan dengan pasangannya.
Pria itu mengaku dirinya berprofesi sebagai seorang pengacara. Hal itu terungkap ketika datang ke kampung kami saat melamar Diah kepada ibunya. Hanya saja yang mengherankan, saat hendak dinikahkan, pria itu meminta untuk nikah secara siri. Alasannya untuk nikah secara resmi, nanti saja menunggu waktu yang tepat.
Setelah nikah, kemudian Diah kembali diboyong kembali ke Jakarta oleh suaminya. Di Jakarta Diah ditempatkan di sebuah kamar kost.Â
Hanya saja anak itu tidak selalu hidup bersama suaminya. Diah disambangi suaminya paling hanya dua kali dalam seminggu. Selain itu, sebagai seorang istri, Diah jarang sekali diberikan nafkah. Bahkan kemudian dengan sikap yang kasar, Diah disuruh untuk bekerja kembali sebagai ART.
Hal itu tentu saja membuat Diah tidak mengerti. Sebelum nikah pria itu begitu royal memberikan uang cukup banyak, dan seringkali membelikan pakaian yang bagus-bagus, serta segala keperluan wanita sebagaimana biasanya.
Selain berbicara dengan kasar sambil mabuk-mabukan, suaminya itu juga sering memperlakukan dirinya dengan semena-mena kalau sedikit saja menolak kemauannya.
Yang membuat Diah semakin terkejut, adalah suatu hari dirinya didatangi seorang wanita bersama tiga orang anak-anak yang mengaku sebagai istrinya sang pengacara yang menikahi dirinya secara siri.
Diah dimaki-maki sebagai perempuan tak tahu diri, merebut suami orang, dan sebagainya dan seterusnya.Â