Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gegara Keseringan Bimbel Bersama, May Pun Berbadan Dua

13 November 2021   09:00 Diperbarui: 13 November 2021   09:09 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: alinea.id)

Tidak hanya di lingkungan sekolah saja, boleh jadi warga di sekitar desa yang berdekatan dengan lokasi SMP Negeri yang statusnya masih filial itu dibuat heboh dengan beredarnya kabar kepala sekolah di sekolah menengah lanjutan tingkat pertama yang cuma satu-satunya di kecamatan kami (ketika itu), menghamili salah seorang siswinya.

Hal itu terungkap, setelah May (bukan nama sebenarnya) sudah satu minggu tidak masuk sekolah tanpa ada pemberitahuan.  Apakah yang bersangkutan sakit, atau lantaran sedang ada masalah. Tidak ada surat dari orang tua maupun walinya sama sekali. 

Kemudian kami pun, yaitu beberapa teman sesama perempuan yang biasanya dekat dengan May, dan saya sendiri sebagai ketua kelas berkunjung ke rumah orang tuanya yang kebetulan tidak seberapa jauh dari sekolah kami. Mungkin hanya sekitar satu kilometeran saja.

Kedatangan kami disambut oleh ibu May, sementara ayahnya saat itu sedang di sawah. Sejurus kemudian ibunya menjelaskan, May selama satu minggu ini mengaku sedang sakit, dan tidak pernah keluar dari kamarnya. Tetapi ibunya sendiri tidak tahu penyakit apakah yang diderita anak perempuannya.

Saat ibunya memberitahukan kedatangan kami kepada May, dan kemudian kembali menemui kami, dikatakannya May tidak mau bertemu dengan kami. Tapi meskipun demikian, dua orang teman yang paling dekat dengan May, memaksa masuk ke dalam kamar. Lantaran memang sebelumnya sudah terbiasa keluar-masuk di kamar May saat belajar bersama.

Sesaat dua teman kami baru menerobos masuk ke dalam kamar, terdengar ada sedikit keributan. Tapi tidak lama kemudian, terdengar ada Isak tangis yang tertahan. Kami yang berada di ruang tamu, tercekat mendengarnya. Ada apakah gerangan?

Pertanyaan yang muncul di hati kami, yang kala itu sedang menunggu di ruang tamu, akhirnya terjawab sudah tatkala dua teman kami keluar dari kamar May dengan wajah yang tampak sembap. Dan tanpa berbicara banyak, keduanya mengajak kami untuk segera kembali ke sekolah. Setelah berpamitan kepada ibunya May yang juga melihat kami dengan tatapan yang mengandung keheranan.

Di tengah perjalanan, akhirnya terjawab sudah pertanyaan yang sejak tadi menggantung di dalam hati kami, ketika teman kami yang tadi masuk ke dalam kamar menjelaskan dengan gamblang, tapi dengan cara berbisik-bisik menyampaikannya.

Berdasarkan pengakuan May, jelas dua teman kami, sore hari seminggu yang lalu, ketika sepulang sekolah diajak jalan-jalan ke kota kabupaten, oleh bapak kepala sekolah, dan saat baru turun dari mobil, kepalanya tiba-tiba merasa pusing yang tidak tertahankan. Sehingga merasa hampir akan pingsan.

Sehingga oleh bapak kepala sekolah, May langsung dibawa ke dokter. Setelah diperiksa, dokter menjelaskan kalau dirinya tengah berbadan dua. Dan usia kandungannya diperkirakan sekitar tiga bulan.

Mau dan bapak kepala sekolah pun terkejut mendengarnya. Tapi sejurus kemudian, bapak kepala sekolah tampak wajahnya berubah jadi gembira. Dikatakannya kepada dokter bahwa kabar kehamilan May yang diakui sebagai istrinya merupakan hal yang sudah lama dinantikannya.

Akan tetapi saat May dan bapak kepala sekolah sudah jauh dari tempat praktek dokter itu, di dalam mobil bapak kepala sekolah dengan nada menghiba minta May supaya mau menggugurkan kandungannya. 

Dikatakan bapak kepala sekolah saat itu, bagaimana nama baiknya sebagai kepala sekolah akan tercemar jika masyarakat mengetahui hal tersebut. Begitu juga dengan rumah tangganya yang dikatakannya selama itu cukup harmonis, tidak menutup kemungkinan akan berubah berantakan.

Diingatkannya juga kalau May yang masih duduk di bangku kelas dua SMP, selain masih sangat muda, juga harus tetap dapat melanjutkan pendidikannya.

Mendengar permintaan dan ungkapan bapak kepala sekolah, saat itu May bimbang dibuatnya. Menurut guru ngaji yang pernah didengarnya, menggugurkan kandungan sama dengan membunuh manusia juga. Termasuk dosa yang sangat besar hukumnya. Tapi di sisi lain, dirinya pun mengiyakan penjelasan bapak kepala sekolah yang penuh pengharapan. May tak tahu harus memilih jalan yang mana menyelesaikan masalah yang menimpanya.

Sebagaimana juga kami berlima saat itu. Merasa kebingungan, bagaimana pun memang permasalahan yang dihadapi May dan bapak kepala sekolah harus ada penyelesaiannya. Tapi harus bagaimana?

Sesaat kami berlima sepakat untuk menyimpan hal tersebut sebagai rahasia di antara kami saja. Alasannya kalau tidak berhati-hati, kami takut berakibat fatal bagi semua pihak. Termasuk kami. Paling tidak, ketika itu, kalau kabar itu jadi terdengar khalayak ramai, jangan-jangan kami yang disalahkan. Sehingga kami mendapat hukuman tidak naik kelas misalnya.

Hanya saja, meskipun di antara kami berlima bersepakat untuk merahasiakannya, ternyata aib tersebut akhirnya terbuka juga. Ibarat tumpahan minyak bensin yang terbakar sepercik api laiknya. Begitu cepat tersebar kemana-mana. Dan entah siapa yang pertama kali membocorkannya.

Hanya saja yang jelas, tak lama kemudian bapak kepala sekolah dicopot dari jabatannya, dan dituntut untuk segera menikah dengan May yang masih di bawah umur, tapi sudah berbadan dua.

Sementara kami berlima setelah peristiwa yang memalukan itu beredar luas, hanya mampu menghela nafas sambil tersenyum getir lantaran mendengar celetukan salah seorang teman. 

"Gara-gara terlalu sering bimbel berduaan saja di kamar sih, jadi berakibat fatal..."

Peristiwa yang menimpa teman kami sekitar empat puluh tahun lalu, ternyata hingga sekarang masih sering terdengar. Bahkan dengan semakin majunya perkembangan zaman, media mainstream maupun media sosial tak pernah ketinggalan untuk memviralkan kasus perzinaan yang dilakukan secara sama-sama suka oleh oknum pendidik dengan anak didiknya, juga yang dilakukan secara rudapaksa.

Bahkan tidak hanya di lembaga pendidikan formal saja, di lembaga non formal seperti pesantren pun tak jarang diberitakan seorang oknum guru ngaji yang melakukan pelecehan, atau penistaan seksual terhadap santriwatinya. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun