Sementara untuk mendapatkan dukungan dari Gerindra merupakan suatu hal yang mustahil, lantaran ketua umum Gerindra pun, Prabowo Subianto sudah digadang-gadang sebagai capres yang dijagokannya.
Apa mungkin diusung oleh partai Nasdem, Golkar, Demokrat, dan PKB misalnya? Boleh jadi empat parpol tersebut merangkulnya, hanya mungkin saja posisi tawar yang bakal diterima paling banter sebagai calon wakil presiden. Sebab Golkar hingga saat ini sudah menyebut nama Airlangga Hartarto dengan lantang sebagai capres yang diusungnya. Demikian juga dengan Demokrat yang menjagokan AHY, dan PKB dengan Muhaimin Iskandar.
Oleh karena itu meskipun elektabilitas Anies sampai sekarang ini cukup stabil berada di posisi tiga besar, bisa jadi peluang untuk melenggang menuju panggung pesta demokrasi 2024 mendatang tampaknya akan sulit diwujudkan. Seperti halnya juga dengan Ganjar Pranowo yang diprediksi bakal mendapatkan kesulitan lantaran restu Megawati tak mungkin didapatkan
Terlebih lagi dengan tidak konsistennya dalam memelihara tenun kebangsaan yang pernah menjadi jargon andalannya, menurut Anies Baswedan Republik ini dirancang untuk melindungi setiap warga negara. Ia mengilustrasikan Republik ini sebagai sebuah tenun kebangsaan yang dirajut dari kebhinekaan suku, adat, agama, keyakinan, bahasa, geografis yang sangat unik. Kekerasan atas nama apapun akan merusak tenun tersebut.
Terbukti memang. Dalam Pemilukada DKI Jakarta, kemenangan Anies- Sandi dianggap telah diingkari oleh dirinya sendiri. Tenun kebangsaan tersebut telah dirobek-robeknya, dan malah lebih mengangkat politik identitas, sehingga Pemilukada DKI Jakarta pun dianggap sebagai pesta demokrasi paling brutal, dan telah meninggalkan trauma berkepanjangan, khususnya bagi warga kota Jakarta yang menjadi korban.
Belum lagi dengan isu yang beredar saat ini. Penyelenggaraan balap mobil listrik Formula E yang konon akan digelar 2022 yang akan datang ternyata telah terendus oleh komisi antirasuah, karena diduga ada penyimpangan anggaran yang dialokasikan.
Sehingga dari beberapa permasalahan di atas yang terkait dengan seorang Anies Baswedan, boleh jadi akan menjadi ganjalan yang merintanginya saat hendak melenggang maju menuju panggung pesta perebutan kursi nomor satu di negeri ini
Namun demikian, terlepas dari prediksi di atas, pada akhirnya  premis bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, apa lagi di dalam politik, bisa jadi setiap tokoh yang disebut-sebut tidak memiliki elektabilitas yang mumpuni di saat ini, siapa tahu pada saatnya nanti justru memiliki tingkat keterpilihan yang paling tinggi.
Oleh karena itu, kiranya siapa pun sah-sah saja mengklaim bahwa hanya jagoannya saja yang mangkus dan sangkil sebagai capres/cawapres dalam pesta demokrasi mendatang, dan dianggap sudah sepantasnya untuk meraih kemenangan. Termasuk Anies dan pendukungnya, tentu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H