Apa boleh buat. Di tengah hempasan gelombang dahsyat yang meluluhlantakkan kehidupan masa remajanya, ditambah dengan kesulitan untuk mendapatkan pegangan untuk sejenak menghirup nafas kehidupan, menjual diri menjadi pilihan satu-satunya.
Hanya dengan uang sebesar Rp 20 juta dirinya terpaksa melelang mahkota kehormatan yang paling berharga bagi seorang gadis, yang seharusnya diserahkan kepada suaminya saat malam pertama. Selanjutnya entah berapa puluh ribu lelaki hidung belang yang telah menjamah tubuhnya selama setahun ini.
Malam itu, ketika pengakuan yang blak-blakan dan tanpa tedheng aling-aling itu disampaikan kepada kliennya, seorang Youtuber, Reagie Alvondo, gadis itu sudah melayani dua orang lelaki hidung belang.
Bunga pun tak menyangka kalau klien yang ketiganya itu ternyata tidak bermaksud untuk memakai "jasanya", sebagaimana kesepakatan awal yang seolah transaksi jual-beli barang, yakni untuk waktu selama dua jam akan dibayar sebesar Rp 2,5 juta.
Reagie, sang Youtuber muda itu justru meminta Bunga untuk bertobat, dan berjanji untuk membiayai kebutuhan kuliah gadis open BO itu yang memang menjadi impiannya selama ini untuk kembali ke jalan yang lurus, dan bertobat sebagimana harapan kliennya tersebut.
***
Menyaksikan seorang pemuda berambut gondrong mirip Youtuber kondang Atta Halilintar, yang bergerak untuk menyelamatkan generasinya dari jurang kenistaan seperti itu, ada secercah harapan dan keyakinan jika generasi milenial jauh dari prasangka sudah tidak memiliki empati dan kepedulian terhadap lingkungannya.
Hanya saja yang patut untuk diperhatikan, baik kepada Reagie Alvondo maupun anak-anak muda lainnya yang memiliki tujuan serupa, dan intinya dalam rangka berbuat kebaikan serta kebajikan, sebaiknya harus tetap berhati-hati. Paling tidak jangan sampai salah sasaran. Karena tidak menutup kemungkinan kebaikan yang ditebar dengan tulus dan ikhlas itu disalahgunakan oleh penerimanya.
Sehingga dalam hal ini, penebar kebaikan sebaiknya jangan berhenti sebatas mengulurkan tangannya saat itu saja. Melainkan perlu dipantau, bahkan kalau perlu terus diberikan bimbingan pencerahan sampai benar-benar kembali ke jalan yang benar dengan sebenar-benarnya. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H