Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Langkah Mulus Gibran di Pilkada Solo, Bagaimana dengan Nasib Achmad Purnomo?

20 Juni 2020   00:03 Diperbarui: 20 Juni 2020   00:36 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua DPP PDI-P sekaligus Ketua DPR RI, Puan Maharani bersama kandidat Walikota Solo (Tribunnews.com/Mafani Fidesya Hutauruk)

Menyaksikan manuver  putra sulung Presiden Jokowi, tampaknya DPC PDI-P Solo tetap tidak bergeming. Achmad Purnomo-Teguh Prakosa tetap merupakan harga mati yang tidak tergantikan lagi.

Bahkan kedegilan Rudyatmo yang diekspresikannya dengan dua kali tidak menemui Jokowi saat berkunjung ke Solo, merupakan sinyal bahwa pihaknya mempunyai sikap yang tidak bisa diganggu-gugat lagi.

Sampai kemudian  secara tiba-tiba Achmad Purnomo menyatakan mengundurkan diri dari pencalonannya, dengan dalih ingin konsentrasi dalam menangani pandemi Covid-19. Namun Rudyatmo dan kader PDI-P kota Solo pun tidak menerimanya. Dan memintanya untuk tetap konsisten.

Panasnya perebutan "restu" pemegang hak prerogatif tertinggi di partai pemenang pemilu tahun 2019 lalu tersebut dalam Pilkada Solo yang akan datang, sungguh-sungguh menarik perhatian publik.

Sebab suka maupun tidak suka, sudah pasti akan ada yang akan tersingkir. Sementara itu belakangan ini telah mencuat, bahwa Gibran ternyata merupakan satu-satunya kandidat yang mendapatkan "restu" Megawati itu.

Lalu bagaimana dengan nasib Achmad Purnomo-Teguh Prakosa, maupun jajaran DPC PDI-P Solo di bawah pimpinan Rudyatmo?

Terlepas dari pernyataan mereka yang akan tunduk terhadap hak prerogatif Ibu Ketua Umum yang lebih memilih anak sulung Presiden Jokowi, akan tetapi tidak menutup kemungkinan pernyataan tersebut hanya merupakan basa-basi belaka.

Perasaan tidak mendapatkan perhatian atas aspirasi masyarakat akar rumput, akan berubah menjadi sebuah "pembangkangan", dengan secara diam-diam menggerogoti suara dukungan terhadap Gibran, dan mengalihkannya terhadap kandidat lain yang akan menjadi rival Gibran yang diusung partai lainnya.

Demikian juga pandangan publik di tanah air maupun masyarakat internasional terhadap PDI-P,  akan semakin jelas apabila parpol yang berlabel demokrasi milik wong cilik ini, dalam kenyataannya sesungguhnyalah merupakan parpol yang otoriter, memiliki ketergantungan pada satu sosok sentral, dan tetap berkutat dalam praktik oligarkis. 

Atau memang begitulah cara berdemokrasi yang  dianut, dan diyakini partai politik yang satu ini?

Wallahu alam. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun