"Biarpun kelak mereka masuk neraka, maka kamu pun akan mengikutinya?" sergah pemilik warung.
Mendengar perbincangan teman-teman satu kampung seperti itu, saya sendiri hanya mampu untuk terus menahan ketawa saja. Walaupun sesungguhnya terasa sulit juga. Bagaimana pun kepolosan mereka jauh berbeda dengan yang biasa didengar dari mulut para elit dan politisi di Jakarta. Sama sekali tidak memiliki pretensi apapun, dan murni keluar dari hatinya.Â
Sehingga pihak legislator bersama pemerintah pun sepertinya perlu mengkaji ulang aturan perundang-undangan nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi elektronik (ITE), ihwal ujaran kebencian yang kerap menjerat seseorang yang sudah ceplas-ceplos mengeluarkan uneg-uneg isi hatinya. Lantaran ternyata mereka pun meniru perilaku para elit di Jakarta. Sebagaimana perilaku dan ujaran RR dan LBP sekarang ini.
Terlebih lagi di masa sulit seperti sekarang ini. Akibat pandemi Covid-19, RR dan LBP bukannya bahu-membahu mengatasi penyebaran virus Corona yang dari ke hari kasus positif yang terjadi masih terus bertambah saja.Â
Sebagai seorang cendekiawan, juga akademisi dengan seabreg gelar, RR bukannya bersikap arif dan bijaksana. Sosok yang satu ini justru seperti tukang obat di pasar saja. Bahkan di matanya sepertinya kinerja pemerintah tak ada benarnya. Masih mending kalau bicaranya sesuai dengan tingkat keilmuannya. Sementara RR tak ubahnya seperti orang yang sedang menumpahkan dendam-kesumat belaka.
Demikian juga dengan LBP. Opung yang satu ini pun sepertinya memiliki kuping yang tipis. Mudah sekali emosinya naik apabila mendengar kritikan yang tidak sesuai dengan pendapatnya. Jauh berbeda dengan atasannya. Presiden Jokowi sendiri meskipun dicaci dan dimaki, beliau tak pernah menanggapi. Malahan kepada orang yang menghujat dan menghina saat Ibundanya wafat pun, beliau masih mampu memaafkan.
Andaikan saja LBP bisa bersikap seperti jokowi. Membiarkan anjing menggongong dan kafilah terus berlalu... Eh, bekerja! Bisa jadi gonggongan... Eh, kritikan yang bernada melecehkan itupun akan berhenti dengan sendirinya. Iya akan capek sendiri, lantaran tidak dilayani seperti sekarang ini..
Siapa tahu... ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H