3. Apabila peminjam itu sungguh-sungguh membutuhkan uang, namun tidak memiliki jaminan sebagai bentuk kepercayaan, kita pun dapat membantunya dengan memberikan syarat. Dalam hal ini biasanya hal tersebut dianggap suatu hal yang berlebihan seandainya kita mengajukan perjanjian tertulis saat memberikan pinjaman uang kepada saudara, maupun sanak-keluarga yang lainnya, yang masih ada hubungan kekerabatan dengan kita.
Namun sebenarnya hal itu dianggap sebagai sesuatu yang harus dilakukan, selain untuk melindungi diri kita saat menagihnya, juga sebagai bentuk pembelajaran agar yang bersangkutan memiliki suatu kewajiban untuk mengembalikan pinjaman uangnya.
oleh karena itu, pada saat mengajukan perjanjian tersebut, yang bersangkutan harus menyetujui untuk membayar lunas (paling tidak sebagian) utangnya itu dalam jangka waktu yang telah disepakati.Â
Memang cara ini mungkin saja merupakan suatu hal yang kurang, bahkan tidak nyaman bagi bangsa Indonesia yang cenderung punya sikap tepo seliro dalam budayanya. Namun apabila cara lain tidak bisa dilakukan lagi, apa boleh buat cara inipun harus dilakukannya.Â
4. Apabila keadaan keuangan kita sedang dalam keadaan kurang baik, saat bulan tua misalnya, menolak permintaan utang merupakan cara terbaik sebenarnya, daripada harus menimbulkan persoalan baru - sebagaimana pernah dialami istri saya.Â
Tidak perlu berpura-pura, dan berdusta. Katakanlah yang sesungguhnya. "Saya sendiri sedang mengalami kesulitan. Karena anak mau menghadapi tahun ajaran baru misalnya, oleh karena itu maaf kali ini saya tidak bisa membantu."
Memang sudah bukan sesuatu yang aneh lagi, biasanya manakala kita menolak untuk memberikan pinjaman, maka reaksi yang akan kita terima dari yang bersangkutan merupakan suatu hal yang kurang menyenangkan. Tapi daripada akan menimbulkan permasalahan ke depannya, lantaran sulit membayar utangnya, Â kemungkinan besar hubungan kekeluargaan pun akan rusak karenanya. Sehingga say No, atawa mengatakan tidak, menjadi pilihan terbaik untuk mengatasinya. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H