Sebagaimana halnya urang Sunda sekarang ini, mungkin saja tidak akan banyak yang menganut agama Islam, dan mampu menunaikan rukun Islam yang kelima, apabila di masa yang silam - pada jaman tempo doeloe, tidak ada latar belakang sejarah yang menjadikan warga di bumi Parahyangan ini menjadi pengikut ajaran Muhammad Saw tersebut.
Berawal dari perpustakaan juga, ahirnya penulis menelusuri, mencari jawaban, siapa urang Sunda yang pertama menganut agama Islam, dan yang pertama kalinya menunaikan ibadah haji itu? Â
Dimulai dari buku Sejarah Jawa Barat, yang ditulis almarhum Drs Yoseph Iskandar, dan diterbitkan oleh CV Gegersunten, disambung kemudian dengan buku berbahasa Sunda yang berjudul "Tanjeur na Juritan Jaya di Buana" karya Drs Yoseph Iskandar juga, seakan-akan telah memaksa penulis untuk tenggelam lebih dalam lagi mencari kesahihan dari sejarah itu.
Selain dari dua buku yang disebutkan di atas, dari beberapa buku sejarah karya ilmiah para akademisi yang menggali sejarah yang terkait dengan perihal yang sedang dibahas ini, seperti dalam buku "Cirebon dalam Lima Zaman: Abad ke-15 hingga Pertengahan Abad ke-20" yang ditulis sejarawan A Sobana Hardjasaputra, dan juga dalam "Sejarah Perkembangan Islam di Jawa Barat" yang ditulis oleh Nina H. Lubis dkk, semuanya sepakat bahwa urang Sunda pertama yang menganut agama Islam, dan yang pertama kali menunaikan ibadah haji, tak lain nyatanya masih sekeseler, atawa masih satu keluarga dengan  raja Linggabuana,dari kerajaan Sunda-Galuh. Tepatnya cucu dari Prabu Bunisora Suradipati, dan putra Prabu  Kuda Lalean, yaitu yang berjuluk Haji Purwa.Â
Adapun nama Purwa itu sendiri merupakan kata yang berasal dari bahasa Sansekerta yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), artinya adalah mula-mula; permulaan.
Sehingga dalam hubungan kekeluargaan antara Prabu Niskala Wastu Kencana, yang saat itu telah menjadi penguasa kerajaan Sunda-Galuh dengan Haji Purwa adalah merupakan saudara sepupu.Â
Berdasarkan sejarah, dan ditandai dengan banyak peninggalan yang sampai saat ini masih bisa disaksikan, ibukota kerajaan Sunda-Galuh tersebut terletak di Astana Gede, kecamatan Kawali, kabupaten Ciamis, Jawa barat.
Haji Purwa yang sebelumnya bernama Bratalegawa, meskipun merupakan keturunan dari suatu kerajaan, yang biasanya ikut serta mengabdi dalam kerajaan tersebut, bahkan bagi seorang Bratalegawa tidak menutup kemungkinan untuk menjadi Mahapatih dari Prabu Niskala Wastu Kencana, akan tetapi dalam kenyataannya Bratalegawa lebih memilih untuk menjadi seorang pedagang yang berniaga hingga ke mancanegara.
Dari perjalanannya itu pula, Bratalegawa tertarik mempelajari Islam pada saat melakukan perjalanan dagang ke India. Saat itu dirinya masih seorang Hindu yang taat. Namun perkenalannya dengan banyak pedagang dari tanah Arab, membuat dirinya perlahan mencoba mengenal lebih dalam agama yang baginya masih asing tersebut.
Bratalegawa kemudian menikahi seorang wanita Muslim dari Gujarat, bernama Farhana binti Muhammad. Keduanya lalu memutuskan pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Setelah kembali, Bratalegawa mengganti namanya menjadi Haji Baharudin al-Jawi.
Itulah sekelumit sejarah ringkas tentang siapa urang Sunda yang pertama kali menganut agama Islam, dan yang menunaikan rukun Islam yang kelima.