Namun ketika ada orang lain yang kemudian memberikan penjelasan, kenapa orang yang tadi lewat tidak mengucap salam, bahkan gaya berjalannya pun bak Mike Tyson yang hendak bertarung di atas ring, ternyata oh ternyata orang itu adalah penyandang disabilitas. Sejak lahir menderita bisu dan tuli!Â
Demikian juga kenapa cara berjalannya pun seperti itu, dijelaskannya lagi kalau orang itu pun sejak lama menderita hernia.
Akhirnya, apa kata dunia?Â
Paling tidak kemudian secara spontan kita pun akan mengeluarkan seruan, "Oh!" Tapi jika masih memiliki iman dan empati, maka diam-diam akan timbul rasa sesal yang dalam di hati kita, lantaran sebelumnya sudah berburuk sangka, bahkan mencaci-maki meskipun sebatas dalam hati.Â
Untung saja hanya sebatas itu saja. Coba kalau sampai lebih jauh lagi menyikapinya. Misalnya saja karena seakan merasa ditantang, amarah pun langsung menggelegak dan tanpa pikir panjang, kita menghajarnya sampai babak-belur.
Hadeuh. Urusan pun ahirnya akan semakin runyam. Selain harus berurusan dengan hukum, kita pun harus membayar biaya pengobatan orang yang tadi kita hajar itu.
Maka bisa jadi penyakit buruk sangka pun akan lebih besar bahayanya dari virus corona lho.
Semoga sikap itu dijauhkan dari dalam hati, dan jangan sampai terulang kembali.Â
Ingat pesan tayangan iklan di TVRI di masa lalu: Teliti sebelum membeli. Boleh jadi identik dengan "Jangan berburuk sangka kalau belum mengetahui persoalan/keadaan yang sesungguhnya.Â
Oke? ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H