Apalagi semenjak di Kompasiana ini menyediakan reward berupa sejumlah uang, maka yang semula memiliki motivasi sekedar untuk mengasah keterampilan menulis pun menjadi berubah arah. Dengan mendapat reward yang nominalnya hingga jutaan rupiah, paling tidak membikin hati jadi bungah-sumringah.Â
Memang kalau sudah bicara lembaran uang, saya sendiri tidak apriori, atawa munafik. Apalagi di jaman sekarang, meskipun uang bukan segalanya, akan tetapi dengan uang, paling tidak apa yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan beraktivitas menulis pun akan terpenuhi tanpa harus mengganggu dari penghasilan lainnya.Â
Tapi itu tadi, jika fokus kita hanya melulu terhadap reward, jangan-jangan tujuan awal pun jadi terlupakan. Maksud hati hendak mengasah keterampilan menulispun jadi terlupakan. Padahal di dalam menulis saja, kalau ingin mencapai tingkat mahir misalnya, masih begitu banyak tuntutan-tuntutan yang harus bisa dilewati dengan seksama.
Ya, selain konsistensi yang harus tetap dipertahankan, maksudnya jangan pernah berhenti walau sehari, juga membaca yang tersurat dan tersirat pun jangan pernah dilewatkan. Itu pesan para penulis yang sudah dicatat dalam tinta emas kepenulisan tingkat nasional maupun global lho. Bukan kata saya.Â
Sungguh. Saya sendiri merasakannya. Padahal saya ini sudah cukup lama menggeluti dunia tulis-baca ini. Hanya saja berhubung kadang semangat kadang malas, maka sampai sekarang ini ya begini-begini saja jadinya. Masih tetap amatiran,dan sama sekali belum ada yang bisa dibanggakan.
Akan tetapi, meskipun begitu, saya masih memiliki hasrat dan semangat yang tak pernah padam. Saya tetap masih belajar, dan terus belajar. Sampai ajal menjemput nanti. Â
Ya, motivasi yang saya tanam dalam hati adalah belajar. Belajar menulis tanpa henti. Apa pun yang terjadi. Itu saja. Karena itu kesempatan untuk belajar blogshop yang kemarin diselenggarakan Kompasiana pun saya ikuti. Paling tidak agar saya semakin bersemangat.
Benar. Contohnya quotes almarhum Mahbub Djunaedi, wartawan, mantan ketua PWI, dan pengarang kondang itu, beliau mengatakan tidak ingin berhenti menulis sampai tidak mampu lagi menulis. Artinya sampai ajal tiba lho. Dan itu terbukti. Beliau berhenti menulis ketika maut menjemputnya. Tapi karya-karyanya masih tetap dapat kita baca sampai saat ini.
Walhasil, ingat-ingat tujuan dan motivasi menulis kita itu apa. Ditulis di buku harian untuk dibaca sendiri, atawa hendak dipublikasikan untuk orang lain? Yang jelas, harus tahu aturannya memang
Terlebih lagi membuat konten untuk ditayangkan di blog Kompasiana ini. Dalam kenyataannya gampang-gampang susah juga. Tidak bisa seenak udel begitu saja, tapi harus taat pada syarat dan ketentuan yang ada. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H