Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Blogshop Kompasiana, Rambu Penulis Blog Supaya Jangan "Terperosok"

11 April 2020   04:52 Diperbarui: 11 April 2020   05:24 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/asli dicomot dari punya Kompasiana

Jangan mengaku sebagai Kompasianer, iya penulis di blog keroyokan Kompasiana ini kalau masih cengeng, apalagi masih suka ngeyel. Begitu kira-kira kesimpulan yang dapat saya terjemahkan dari poin-poin yang disampaikan Content Superintendent, Widha Karina, Kamis sore (9/4/2020).

Mungkin bagi Kompasianer yang masih usia belia, dan  remaja, atawa juga bagi mereka yang masih pemula, sikap cengeng dan ngeyel banyak protes merupakan sesuatu yang masih bisa dimaklumi. Wajar tokh namanya juga baru belajar. Apalagi jaman sekarang ini kebebasan mengeluarkan uneg-uneg  seenak hati bukanlah hal yang masih dianggap tabu lagi.

Akan tetapi, bagi Kompasianer yang dari tulisannya saja sudah menampakkan kedewasaan, baik dari cara penulisan atawa yang ditulisnya juga sudah kelihatan seperti telah terbiasa bergelut dengan dunia tulis-baca (kecuali kalau tulisannya itu hasil menjiplak, atawa copy paste karya orang lain), akan lain lagi masalahnya jika masih bersikap seperti itu. 

Misalnya saja saya sendiri pernah menemukan curhat yang mempertanyakan viewer, istilah bagi pembaca konten, yang belakangan ini semakin hari semakin berkurang saja terhadap konten yang ditayangkan di Kompasiana ini. 

Di lain waktu, pernah juga selewatan dijumpai Kompasianer yang dengan gagah dan bangganya mengaku pernah datang berkunjung ke 'dapur' Kompasiana di Palmerah. Dengan demikian, dirinya merasa bakal bisa mendapat kemudahan. Konten yang  dipostingnya bakalan masuk keranjang Artikel Utama (AU), paling tidak masuk Artikel Pilihan sudah di tangan. Lantaran sudah mendapat centang biru. Terlepas dari konten yang dipostingnya itu sebenarnya masih harus tetap dipertimbangkan layak tidaknya masuk dua kategori itu.

Berhubung Admin menemukan pelanggaran dari syarat dan ketentuan pada konten yang diposting Kompasianer tersebut, boro-boro masuk AU, nangkring di artikel pilihan saja tidak ditemukan oleh yang bersangkutan. 

Mungkin karena mental Kompasianer tersebut termasuk dalam kategori cengeng, maka ia pun merasa down, gairah dan semangat menulisnya punseketika jadi musnah. Lalu ia pun bertanya dalam nada protes. 

Begitu antara lain contoh dari sikap lucu yang sebenarnya tidak lucu, yang seringkali dipertontonkan Kompasianer. Belum lagi yang sampai mencak-mencak, sampai gebrak meja sendiri hingga seluruh benda di atasnya berhamburan, dan membuat Kompasianer tersebut tidak bisa menulis lagi. Lantaran laptopnya terjatuh ke lantai, sampai rusak-berantakan.

Hahaha...Gue banget euy!

Sehingga kata apalagi yang paling tepat untuk diberikan terhadap Kompasianer semacam itu kalau bukan: Goblok namanya. Ekstrim memang. Tapi biar kita semua paham kok.

Bisa jadi keluhan semacam itu akan muncul apabila pada awalnya memang setiap kontennya itu memiliki jumlah viewer yang membludak banyak. Sehingga dirinya pun merasa takjub. Bahkan tidak menutup kemungkinan saking takjubnya, sampai membuat dirinya lupa diri. Lupa juga untuk menyadari dengan siklus kehidupan yang sejatinya selalu naik dan turun.

Apalagi semenjak di Kompasiana ini menyediakan reward berupa sejumlah uang, maka yang semula memiliki motivasi sekedar untuk mengasah keterampilan menulis pun menjadi berubah arah. Dengan mendapat reward yang nominalnya hingga jutaan rupiah, paling tidak membikin hati jadi bungah-sumringah. 

Memang kalau sudah bicara lembaran uang, saya sendiri tidak apriori, atawa munafik. Apalagi di jaman sekarang, meskipun uang bukan segalanya, akan tetapi dengan uang, paling tidak apa yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan beraktivitas menulis pun akan terpenuhi tanpa harus mengganggu dari penghasilan lainnya. 

Tapi itu tadi, jika fokus kita hanya melulu terhadap reward, jangan-jangan tujuan awal pun jadi terlupakan. Maksud hati hendak mengasah keterampilan menulispun jadi terlupakan. Padahal di dalam menulis saja, kalau ingin mencapai tingkat mahir misalnya, masih begitu banyak tuntutan-tuntutan yang harus bisa dilewati dengan seksama.

Ya, selain konsistensi yang harus tetap dipertahankan, maksudnya jangan pernah berhenti walau sehari, juga membaca yang tersurat dan tersirat pun jangan pernah dilewatkan. Itu pesan para penulis yang sudah dicatat dalam tinta emas kepenulisan tingkat nasional maupun global lho. Bukan kata saya. 

Sungguh. Saya sendiri merasakannya. Padahal saya ini sudah cukup lama menggeluti dunia tulis-baca ini. Hanya saja berhubung kadang semangat kadang malas, maka sampai sekarang ini ya begini-begini saja jadinya. Masih tetap amatiran,dan sama sekali belum ada yang bisa dibanggakan.

Akan tetapi, meskipun begitu, saya masih memiliki hasrat dan semangat yang tak pernah padam. Saya tetap masih belajar, dan terus belajar. Sampai ajal menjemput nanti.  

Ya, motivasi yang saya tanam dalam hati adalah belajar. Belajar menulis tanpa henti. Apa pun yang terjadi. Itu saja. Karena itu kesempatan untuk belajar blogshop yang kemarin diselenggarakan Kompasiana pun saya ikuti. Paling tidak agar saya semakin bersemangat.

Benar. Contohnya quotes almarhum Mahbub Djunaedi, wartawan, mantan ketua PWI, dan pengarang kondang itu, beliau mengatakan tidak ingin berhenti menulis sampai tidak mampu lagi menulis. Artinya sampai ajal tiba lho. Dan itu terbukti. Beliau berhenti menulis ketika maut menjemputnya. Tapi karya-karyanya masih tetap dapat kita baca sampai saat ini.

Walhasil, ingat-ingat tujuan dan motivasi menulis kita itu apa. Ditulis di buku harian untuk dibaca sendiri, atawa hendak dipublikasikan untuk orang lain? Yang jelas, harus tahu aturannya memang

Terlebih lagi membuat konten untuk ditayangkan di blog Kompasiana ini. Dalam kenyataannya gampang-gampang susah juga. Tidak bisa seenak udel begitu saja, tapi harus taat pada syarat dan ketentuan yang ada. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun