Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Suara Desahan Perempuan Jelang Tengah Malam

22 April 2017   23:53 Diperbarui: 23 April 2017   14:00 11159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa boleh buat, Sabtu malam, alias malam Minggu, bagi saya adalah malam panjang yang terpaksa harus jauh dari ranjang, dan meninggalkan ibunya anak-anak tidur sendirian di dalam kamar. Karena sebagai kepala keluarga, saya malah harus keluar rumah untuk menjaga keamanan kampung kami sepanjang malam.

Apa boleh buat. Hanya saja sebagai warga kampung yang taat, saya memang harus melaksanakan tugas dan kewajiban yang berdasarkan dari hasil musyawarah dan mufakat. Bagaimanapun agar kampung kami tetap aman dan tenteram, maka setiap lelaki yang sudah dewasa diwajibkan untuk melaksanakan ronda malam satu kali  dalam setiap minggu secara bergiliran. Dan  ketua keamanan kampung  telah menentukan jatah tugas siskamling bagi saya adalah Sabtu malam.

Hal itu bisa jadi karena pertimbangan ketua keamanan kampung juga,  berhubung besok harinya, yakni hari Minggu saya tidak bekerja sebagaimana biasanya. Sehingga bila selesai menunaikan ronda malam saat waktu subuh tiba, saya bisa tidur sepuasnya tanpa meras takut kesiangan.

Sebenarnya sih bisa juga tidur di pos kamling. Karena setiap saat memeronda berkeliling kampung, tidak semuanya ikut serta. Misalnya saja dalam regu ronda Sabtu malam semuanya ada tujuh orang, maka hanya enam orang saja yang meronda, dan satu orang lagi menjaga pos kamling. Sehingga bagi yang mendapat giliran menjaga pos kamling, baginya ada kesempatan untuk memejamkan mata barang satu sampai dua jam lamanya.

Hanya saja bagi saya sendiri rasanya belum pernah sekalipun tidur di pos kamling itu. Selain tempatnya kurang nyaman, bagi saya tidur sendirian, dan hanya sebentar, sepertinya bukanlah pilihan yang menyenangkan.  Sehingga saya lebih suka memilih untuk ikut bersama-sama meronda saja. Terlebih lagi dalam kegiatan seperti itu, kelayapan keluar-masuk gang, terkadang harus mengendap-endap karena takut mengganggu orang yang sedang tidur lelap, sering juga menemukan hal-hal yang di luar dugaan.

Sungguh. Seperti malam minggu kemarin saja, ketika melewati sebuah rumah yang letaknya berbatasan dengan kebun, kami berenam mendengar suara perempuan yang mendesah, dan hampir seperti desisan yang gimana gitu...

Bisa jadi dalam hati kami berenam memiliki dugaan yang sama saat itu. Kemungkinan besar perempuan itu sedang menikmati hubungan suami-isteri. Tengah malam yang sepi-saupi tengah orang banyak sedang terbuai dalam impian, desis dan desah yang demikian berkepanjangan, apalagi yang sedang dilakukan kalu bukan sedang...

Tapi anehnya lagi lampu di dalam rumah itu masih menyala, dan tidak dimatikan sebagaimana biasanya.

“Wah, ini namanya tontonan gratis,” bisik seseorang.

“Sssttt... Jangan berisik!” bisik kepala regu kami sambil berjalan mendekati rumah yang berdinding anyaman bambu itu. Maka sambil mengendap-endap, kami pun mengikutinya.

Kebetulan saya yang berjalan paling belakang, dan kebetulan tepat di depan saya adalah seorang anak muda yang usianya masih 17-an, karena mewakili ayahnya yang malam itu tidak bisa meronda dengan alasan sedang ada urusan, tampak jelas sambil berjalan perlahan, anak muda itu tubuhnya gemetaran tidak karuan.

“Sudahlah, kamu tidak usah ikut melihat ke sana. Kita menunggu di sini saja,” bisik saya padanya sambil menggamit tangannya. Di keremangan cahaya rembulan, anak itu menatap lekat  pada mata saya. Saya pun paham.

“Kamu ‘kan masih muda. Belum menikah. Tidak baik melihat hal yang belum waktunya kamu lihat,” saya menjelaskan. Dengan suara perlahan, tentu saja, dan mungkin hanya di dengar olehnya saja.

Lalu kami berdua pun berjongkok di tepi gang. Dan selang beberapa detik kemudian, empat orang yang tadi mengintip suara desahan itu sudah balik lagi sambil menyumpah dan tertawa-tawa.

Kami berdua pun keheranan.

“Wah, kita sudah tertipu. Disangka bakal dapat tontonan film dewasa gratisan, ternyata perempuan itu sedang makan rujak bersama suaminya!” celoteh ketua regu kami sambil terus ngakak, tertawa terbahak-bahak. Maka kami semua juga ahirnya ikut tertawa juga sambil membunyikan kentongan.***

Sumber Iluatrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun