Mohon tunggu...
Arsualas
Arsualas Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Penulis, penyair, dan penggerak literasi dari Mahakam Ulu, Kalimantan Timur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Standar Hubungan di Media Sosial: Manis di Layar, Pahit di Kenyataan

23 Januari 2025   22:43 Diperbarui: 23 Januari 2025   22:49 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dibuat dengan menggunakan Image Creator di Bing 

Platform-platform populer menghadirkan berbagai jenis konten, termasuk tentang hubungan romantis. Video atau unggahan yang memperlihatkan pasangan yang terlihat sempurna sering kali menjadi sorotan, menghadirkan gambaran hubungan yang serba indah, penuh kemesraan, dan tanpa konflik. Namun, apakah semua itu nyata? Faktanya, tidak semua yang ditampilkan di media sosial merepresentasikan kehidupan sehari-hari. Banyak dari konten ini dibuat untuk menarik perhatian, sering kali tidak mencerminkan realitas hubungan yang sebenarnya. Fenomena ini memunculkan standar hubungan yang melenceng dari kenyataan, menciptakan ekspektasi yang tidak realistis, terutama di kalangan anak muda.

Mengapa Fenomena Ini Muncul?
Media sosial adalah ruang visual yang dirancang untuk menarik perhatian pengguna dengan konten menarik dan estetik. Dalam hal hubungan, banyak pasangan memanfaatkan platform ini untuk menunjukkan momen-momen terbaik mereka. Berikut beberapa alasan mengapa fenomena ini berkembang:

  1. Estetika yang Dibuat-Buat
    Pasangan sering kali menampilkan momen romantis yang terlihat sempurna: makan malam mewah, kejutan ulang tahun, atau liburan ke tempat-tempat eksotis. Namun, momen ini sering kali dibuat demi konten. Sebagai contoh, unggahan tentang pasangan yang "tanpa sengaja" berbagi kejutan hadiah besar biasanya direncanakan terlebih dahulu untuk membuat konten terlihat dramatis dan menginspirasi.

  2. Tren dan Tantangan Pasangan
    Di media sosial, berbagai tantangan pasangan, seperti kuis "seberapa baik kamu mengenal pasanganmu," menjadi sangat populer. Konten ini memberikan kesan bahwa pasangan ideal harus mengetahui segala detail tentang satu sama lain. Padahal, kenyataan hubungan tidak selalu seindah atau seintim itu.

  3. Dorongan untuk Viralisme
    Konten yang viral cenderung menampilkan hal-hal luar biasa atau unik. Dalam konteks hubungan, kreator sering kali berusaha menampilkan sisi terbaik hubungan mereka atau bahkan berlebihan demi mendapatkan likes dan views. Akibatnya, mereka menunjukkan versi "fantasi" dari hubungan tersebut.

Dampak Psikologis bagi Penontonnya
Fenomena ini tidak hanya berhenti pada konsumsi konten, tetapi juga memengaruhi cara orang memandang hubungan mereka sendiri. Berikut beberapa dampak psikologis yang dapat muncul:

  1. Meningkatkan Ekspektasi yang Tidak Realistis
    Melihat pasangan di media sosial yang selalu bahagia dan mesra dapat membuat penonton merasa bahwa hubungan ideal harus selalu seperti itu. Padahal, setiap hubungan pasti memiliki konflik dan tantangan. Hal ini dapat menyebabkan rasa tidak puas dalam hubungan nyata karena perbandingan dengan standar yang tidak realistis.

  2. Rasa Tidak Percaya Diri
    Bagi mereka yang masih lajang, melihat hubungan "sempurna" di media sosial dapat menimbulkan perasaan tidak percaya diri atau tekanan untuk segera menemukan pasangan yang memenuhi standar tersebut.

  3. Tekanan untuk Menunjukkan Hubungan di Media Sosial
    Pasangan yang terinspirasi oleh tren media sosial mungkin merasa perlu meniru tantangan atau menunjukkan hubungan mereka secara online, meskipun sebenarnya hubungan mereka tidak seperti itu. Tekanan ini dapat menyebabkan hubungan menjadi kurang otentik dan lebih fokus pada pencitraan.

Realitas Hubungan: Lebih Kompleks dari yang Ditampilkan
Hubungan yang sebenarnya jauh lebih kompleks daripada apa yang ditampilkan di media sosial. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipahami tentang hubungan di dunia nyata:

  1. Hubungan Tidak Selalu Indah
    Setiap hubungan memiliki konflik, perbedaan pendapat, dan tantangan. Ini adalah bagian alami dari membangun kedekatan dan saling pengertian. Hubungan yang sehat bukanlah hubungan tanpa masalah, tetapi hubungan di mana kedua pihak dapat menyelesaikan masalah bersama.

  2. Keindahan dalam Kesederhanaan
    Hubungan yang sejati tidak selalu tentang kejutan besar atau momen yang sempurna. Kebahagiaan dalam hubungan sering kali ditemukan dalam hal-hal kecil, seperti berbagi cerita, saling mendukung, atau tertawa bersama.

  3. Tidak Semua Orang Sama
    Setiap pasangan memiliki dinamika yang unik, sehingga tidak adil untuk membandingkan hubungan kita dengan orang lain, apalagi dengan yang ditampilkan di media sosial. Apa yang berhasil untuk satu pasangan belum tentu cocok untuk pasangan lainnya.

Contoh Kasus: Membandingkan dengan Realitas
Misalnya, ada unggahan yang memperlihatkan pasangan yang sering memberikan bunga atau kejutan mewah. Bagi banyak penonton, ini bisa dianggap sebagai standar romantis yang seharusnya ada dalam setiap hubungan. Namun, di dunia nyata, tidak semua orang mampu atau merasa perlu melakukan hal tersebut.

Di sisi lain, pasangan yang lebih fokus pada hal-hal esensial, seperti komunikasi yang baik dan saling mendukung dalam kehidupan sehari-hari, justru bisa memiliki hubungan yang lebih sehat dan langgeng, meskipun tidak pernah mempublikasikan momen mereka di media sosial.

Solusi: Bagaimana Menyikapi Fenomena Ini?
Untuk menghindari dampak negatif dari fenomena standar hubungan di media sosial, berikut beberapa langkah yang bisa diambil:

  1. Tingkatkan Literasi Digital
    Pahami bahwa apa yang ditampilkan di media sosial tidak selalu mencerminkan kenyataan. Banyak konten yang sengaja dibuat untuk hiburan atau pencitraan.

  2. Hindari Perbandingan
    Setiap hubungan itu unik. Jangan membandingkan hubunganmu dengan apa yang terlihat di media sosial, karena yang terlihat hanya sebagian kecil dari kehidupan seseorang.

  3. Fokus pada Hubungan yang Sehat
    Alih-alih mengejar kesempurnaan seperti yang ditampilkan di media sosial, fokuslah pada membangun hubungan yang sehat, yang didasarkan pada komunikasi, kepercayaan, dan saling mendukung.

  4. Kurangi Konsumsi Konten yang Tidak Realistis
    Jika merasa tertekan atau tidak nyaman melihat konten tentang hubungan di media sosial, pertimbangkan untuk mengurangi konsumsi jenis konten tersebut atau mengikuti kreator yang lebih realistis dan inspiratif.

Kesimpulan
Fenomena standar hubungan di media sosial adalah hasil dari era digital di mana visualisasi dan estetika menjadi prioritas. Meskipun konten-konten tersebut dapat menghibur, penting bagi kita untuk tetap kritis dan memahami bahwa hubungan di dunia nyata jauh lebih kompleks dan bermakna daripada apa yang ditampilkan di layar.

Dengan menyadari hal ini, kita dapat menghindari ekspektasi yang tidak realistis dan fokus pada membangun hubungan yang otentik dan sehat, sesuai dengan nilai-nilai dan kebutuhan kita masing-masing. Media sosial mungkin menawarkan inspirasi, tetapi pada akhirnya, hubungan yang nyata adalah hubungan yang dijalani, bukan hanya ditampilkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun