Mohon tunggu...
Arshinta Eka Putri
Arshinta Eka Putri Mohon Tunggu... Freelancer - arshinta eka putri

mahasiswa jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Jendela Dunia yang Marak Dibajak

8 Juli 2019   20:17 Diperbarui: 9 Juli 2019   01:50 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya lebih merasa bersalah karena beli atau baca buku bajakan, karena saya pribadi merasa gak menghargai karya si penulis. Ya meskipun saya beli bukunya karena terpaksa, karena bukunya susah dicari," ucap Lioni.

Perempuan penggemar novel-novel aksi dan romansa tersebut mengatakan, bahwa kedepannya ia akan berusaha untuk tidak membeli buku-buku bajakan. Jika masih bisa mencari buku yang asli meskipun harganya lebih mahal, ia mengaku pasti akan membelinya. Ia merasa bahwa karya-karya yang dihasilkan oleh jerih payah penulis, haruslah dihargai dengan tidak membeli buku versi bajakan.

Jika kita telusuri #StopPembajakanBuku diplatform sosial media, seperti Twitter dan Instagram, kita bisa melihat banyaknya seruan-seruan anti-pembajakan buku yang kerap kali diposting oleh para penulis dan penerbit. Hal ini seakan menandakan bahwa baik penulis maupun penerbit buku, sebenarnya geram dengan tindakan-tindakan para oknum tak bertanggung jawab yang membajak hasil karya mereka. Tak jarang mereka juga menghimbau para penggemar dari karya mereka agar membeli yang asli di toko-toko buku legal.

Salah seorang penulis novel yang berhasil kami hubungi terkait masalah ini adalah Innayah Putri. Namanya mulai dikenal pada platform Wattpad yang mana menyajikan novel-novel buatannya hingga digemari banyak orang. Hingga kini, Innayah atau yang kerap disapa Naya ini telah menerbitkan empat novel, yaitu : About Forever, If Only, Are You? Really? dan Kata 3 Hati. Ia mengaku keempat karyanya yang diterbitkan, telah dibajak dalam bentuk e-book oleh oknum tak bertanggung jawab.

Naya yang merasa geram pun pernah menegur salah seorang oknum yang memperjual-belikan novelnya yang dibajak, tetapi oknum tersebut malah menghiraukannya dan merespon lebih 'galak' daripada dirinya yang notabenenya adalah pihak yang dirugikan. Ia pun pernah mencoba masuk dalam ruang obrolan yang khusus menjual e-book bajakan. Naya mencoba menghimbau para anggota grup tersebut untuk tidak lagi membaca buku ataupun novel bajakan, namun lagi-lagi himbauannya hanya dianggap sebagai angin lalu.

Kesal karena himbauannya tak pernah diindahkan, Naya pun kini memilih bungkam. Ia berpikir bahwa tindakan pembajakan buku ini sulit untuk dihilangkan jika buka dari kesadaran pribadi, baik pembajak maupun pembacanya.

"Akhirnya mikir kalau ini gak akan habis. Apapun yang aku lakukan bakalan ada buku-buku bajakannya. Jadi ya udah, biarin aja toh rejeki kan udah ada (bagiannya) masing-masing," ujarnya.

Namun jika ia tahu bahwa ada orang terdekatnya yang ingin membeli buku bajakan, ia akan mencoba untuk memberikan saran agar mengunduh platform iPusnas yang merupakan aplikasi perpustakaan digital yang dibuat oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Langkah kecil ini dilakukannya dengan harapan dapat menyurutkan tindakan pembajakan buku.

Naya pun membagikan duka bagi seorang penulis. Ia berkata bahwa banyak sekali hal yang harus dilakukan penulis, seperti : melakukan riset, menggali ide, membuat poin, proses menulis yang bisa memakan waktu satu tahun, hingga tututan revisi dari editor yang bisa mencapai enam hingga tujuh bulan lamanya. Ia juga mengaku bahwa penulis tidak dapat memprediksikan secara pasti tanggapan pasar atas karyanya, bisa berupa tanggapan baik maupun buruk. Belum lagi pendapatan yang dihasilkan sebagai penulis tidaklah begitu besar.

"Aku gak pernah tahu, kira-kira berapa pendapatan aku secara material di luar sana. Aku juga gak tahu gimana tanggapan dari pembaca. Jadi udah capek nulis, luangin waktu dan segala macemnya, dengan pendapatan yang sebenarnya bisa dibilang tidak terlalu besar dan gak pasti," ungkap Naya.

Naya pun mengungkapkan bahwa sebenarnya pendapatan penulis hanya berkisar antara 8% hingga 15% dari harga jual per-eksemplar buku yang dijual di toko-toko buku. Bahkan ia mengaku pernah mengetahui tentang seorang penulis yang hanya mendapatkan royalti sebesar 600 ribu, padahal telah menunggu hasil penjualan selama berbulan-bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun