Bahan Mentah untuk Industri Refractory tersedia dalam jumlah Deposit yang sangat berlimpah di Indonesia seperti: Bauksit, Kuarsa, Kaolin, Zirkonium Silikat, Refractory Clay, Bijih Chrome, Magnestite, Karbon, dan lain-lain.
Prospek pemasaran dan penggunaan Refractory di Indonesia masih sangat terbuka lebar, lebih dari 80% pemakaian Refractory di Indonesia masih di impor dari luar negeri. Refractory Bricks dapat dibuat dengan berbagai macam tipe, sebagai contoh SK 30 yang memiliki titik lebur 1670°C maupun hingga SK 38 yang memiliki titik lebur 1850°C. Begitu juga dengan Insulating Fire Bricks yang juga dapat diproduksi dengan berbagai macam tipe, diantaranya B-1 hingga B-4 dan C-1 hingga C-3 yang memiliki temperature operasional hingga 1500°C
Salah satu prospek yang sangat baik dengan diberlakukannya Undang-Undang Minerba nomer 4 Tahun 2009 tentang Pengolahan Mineral dan Batubara di dalam negeri, dimana pemerintah Indonesia melarang 65 jenis mineral untuk diekspor dalam bentuk mentah dan harus dimurnikan atau diolah terlebih dahulu di dalam negeri. Dan untuk mengolah mineral tersebut pasti memerlukan temperatur tinggi atau memerlukan Refractory dalam jumlah yang sangat banyak.
Maka dari itu Bauksit di Indonesia tidak perlu seluruhnya untuk di-smelter menjadi Aluminium, karena selain investasi pabrik pembuatan aluminium sangat mahal, juga harga jual aluminium yang lebih rendah daripada produk-produk Advance yang terbuat dari Alumina seperti Ceramic Yarn Guide yang berharga sekitar $1-2 untuk satu buah (piece) seberat 1 gram. Dengan mengolah Bauksit menjadi Alumina Oksida dan melanjutkannya menjadi berbagai macam produk turunan, maka nilai tambah yang didapat sungguh luar biasa.
Â
Salam Indonesia Bangkit!
Inovasi Menciptakan Nilai Tambah serta Harga Diri Bangsa dan Negara
Â
Arsam Sunaryanto
Inovator Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H