Cadangan Bijih Bauksit di Indonesia menurut sumber dari Direktorat Sumber Daya Mineral Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral serta dari berbagai pemilik tambang tersebar di Kepulauan Riau, Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah lebih dari 1 Milyar ton.
Selama ini seluruh Bijih Bauksit masih diekspor dalam bentuk mentah (belum di kalsinasi) dan hanya dihargai sekitar US$ 30/ton termasuk PT Aneka Tambang yang masih ekspor mentah sebanyak 1,5 juta ton dalam triwulan pertama 2012.
Perusahaan yang akan mengolah Bauksit menjadi Alumina type Smelter dan Chemical adalah PT Aneka Tambang bekerja sama dengan perusahaan Jepang dengan investasi lebih dari 2 Milyar dolar AS dan diteruskan menjadi pabrik Peleburan Aluminium.
Unsur Mineral Bijih Bauksit di Indonesia umumnya adalah Gibbsite Al2O3.3H2O – Boehmit Al2O3.H2O dan Diaspore Al2O3.H2O. Secara umum bijih bauksit mengandung Al2O3 sekitar 40-50%, Besi sekitar 5-10%, dan Silika sekitar 5-10%, serta H2O sekitar 30%.
Bauksit dapat diproses menjadi Alumina Oksida dengan Proses Bayer dan dengan kadar Alumina Oksida lebih dari 95% dengan harga lebih dari US$ 500/ton.
Proses Kalsinasi setelah proses pencucian dengan proses Bayer dapat menggunakan Teknologi Tunnel Kiln buatan Dalam Negeri dan dapat dikerjakan dengan Skala UKM / Koperasi sehingga sesuai dengan Undang-undang Minerba nomer 4 tahun 2009 dan Permen nomer 1 tahun 2014 yang melarang ekspor semua Bahan Mineral dalam bentuk mentah.
Sebagian besar Alumina Oksida dipergunakan sebagai bahan baku Industri Peleburan Aluminium seperti PT Indonesia Asahan Aluminium di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara dengan investasi yang sangat besar dan harus didukung oleh Power Plant lebih dari 300 MegaWatt.
Alumina Oksida dapat diproses selanjutnya menjadi berbagai produk Keramik Konvensial, Keramik Advance, dan Refractory sebagai berikut:
- Keramik Table Ware, Sanitary Ware, Granito Keramik
- Refractory Bricks, Castable / Monolitic
- High Alumina Cement, Insulating Fire Bricks
- Lining Alumina, Alumina Ball, Ceramic Techniques
- Ceramic Yarn Guide, Abrassive, Corondum, dll
Dengan Investasi yang tidak besar, kita dapat membuat produk-produk di atas dengan skala produksi yang ekonomis, diantaranya adalah Refractory Bricks dan Insulating Fire Bricks.
Refractory adalah bahan Mineral non Logam berbentuk Oksida atau non-Oksida, atau Kombinasi dari beberapa unsur Kimia yang memiliki Titik Lebur di atas SK 26 ( > 1580°C atau 2876°F )
Industri Refractory sangat diperlukan dalam berbagai proses dalam industri yang memerlukan temperatur lebih dari 1.000°C seperti Industri Keramik, Industri Semen Portland, Industri Kertas, Industri Petrokimia, Industri Gelas, Industri Boiler, Industri Besi dan Baja, Industri Pertanian dan Plywood, Industri Bangunan dan Perkantoran, Industri Pengecoran Logam, Industri Aluminium, Industri Gas dan Perminyakan, dan lain-lain.