Mohon tunggu...
Arry Azhar
Arry Azhar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar

Arry Azhar merupakan seorang yang hobi belajar. Baginya belajar adalah sesuatu yang mengasyikkan penuh dengan pengalaman serta nilai nilai kehidupan yang didapatkan. Melalui kompasiana, ia mencoba belajar menjadi penulis. Arry Azhar memiliki hoby membaca, mendengarkan musik, menulis, menonton film dan Traveling.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cerbung Bagian 2 : Langit Kelabu di Ujung Senja

3 Februari 2025   17:47 Diperbarui: 3 Februari 2025   17:47 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kegelapan dan kehampaan (Sumber: Foto Pribadi)

Di dalam ruangan putih yang dingin, Damar masih tertidur lemah. Infus telah terpasang di lengannya, tubuhnya dibungkus selimut hangat. Namun, di balik kelopak matanya yang tertutup, ia kembali melihat sosok ibunya.

Sari berdiri di hadapannya, senyum lembut masih menghiasi wajahnya. "Damar... jangan menyerah, Nak," katanya, suaranya bergema seperti angin lembut yang menyentuh hati.

"Tapi, Bu... Damar lelah..."

Sari menggeleng, mendekat, menyentuh pipi anaknya yang basah oleh air mata. "Kamu masih punya kehidupan yang harus dijalani. Ada alasan kenapa Tuhan membiarkanmu bertahan sampai saat ini..."

Damar ingin meraih ibunya, tetapi tiba-tiba tubuhnya terasa ditarik mundur. Sosok ibunya menjauh, memudar dalam cahaya putih yang semakin terang.

"Ibu..."

Perlahan, kelopak matanya bergerak. Napasnya kembali terdengar, sedikit lebih stabil. Dalam redupnya cahaya ruang rumah sakit, mata Damar terbuka perlahan.

Apakah ini masih dunia? Ataukah ia telah kembali ke pelukan ibunya...?

Damar membuka matanya perlahan, tapi cahaya lampu di langit-langit ruangan terasa menyilaukan. Ia mengerjapkan mata beberapa kali, tubuhnya terasa kaku dan dingin. Ada bau obat-obatan yang menusuk hidungnya. Suara alat medis berbunyi pelan di sampingnya, membuat kepalanya berdenyut.

"Di... mana aku?" suaranya parau, nyaris tak keluar dari bibir yang pecah-pecah.

Ia mencoba menggerakkan tangannya, tapi ada sesuatu yang menusuk lengannya---jarum infus yang tertancap di kulitnya yang tipis. Detik itu juga, rasa takut merayap ke seluruh tubuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun