“Ya sudah kamu, ke kelas dulu, nanti hukumannya menyusul,” sambil tersenyum pasrah bu Emil mengijinkannku kembali ke kelas.
“Susah ya bu, anak itu diberitahunya,” ucap pak Bandi
“ Ya pak, padahal dari sisi akademis anak itu juara kelas, bahkan di tingkat kota ia menjuarai beberapa mata pelajaran, tetapi saat upacara bendera ia menjadi selalu seperti itu,” jawab bu Emil.
“ Betul bu, kita pun tidak dapat memberikan hukuman, kalau hukuman itu tidak mebuat ia tidak akan melakukannya lagi. Terlebih semua cara sudah ibu dan tim BK lakukan,” seru pak Bandi.
***
Kegiatan belajar mengajar pun berjalan seperti biasa. Di sekolahku ada dua waktu istirahat, yaitu pukul 10 dan pukul 12. Ketika istirahat pertama pada pukul 10 Ricko ketua Paskribra Sekolah terlihat sedang berbicara dengan pak Bandi dan bu Emil di ruang BK.
“Apa yang kamu ingin sampaikan nak, sepertinya penting dan mendesak, sehingga kamu meminta waktu kepada kami berdua,” tanya pak Bandi menelisik kepada Ricko.
“Mohon maaf pak, bu. Tadi pagi saya tidak sengaja mendengar bembicaraan ibu dan bapak kepada Tangguh dan saya menawarkan ide untuk masalah tersebut,” jawab Ricko malu – malu.
Pak Bandi dan bu Emil terdiam, mereka bertatapan seperti kaget dengan hal yang baru saja Ricko sampaikan.
“Kamu punya solusinya nak?” tanya pak Bandi sambil menatap Ricko tajam.
“Iya pak, ini hanya usul saja. Kalau tidak diterima, tidak apa apa,” jawab Ricko.