Part 1
Namaku Tangguh Saputra, aku paling tidak suka mengikuti upacara bendera setiap hari Senin. Bagiku upacara tiap hari Senin itu, buang – buang waktu saja dan tidak jelas, namun itu dahulu. Setelah peristiwa itu, pandangannku berubah tentang upacara bendera. Inilah kisah ku.
***
Hari Senin itu seperti biasa, sekolahku mengadakan upacara bendera seperti hari – hari Senin sebelumnya, terlebih sekolah menengah atas negeri tempat aku bersekolah ini, menjadi unggulan di kotaku. Seperti biasa, Aldi ketua OSIS beserta Ricko pengurus paskibraka sekolah mondar – mandir menyiapkan segalanya, di sekolah ini siswa itu diminta agar aktif, terutama saat pelaksanaan upacara bendera seiap hari Senin, Sebagian guru laki – laki berdiri di belakang barisan siswa untuk berjaga – jaga jika terjadi hal yang tidak diinginkan atau yang dilarang, karena hal itu katanya membuat upacara bendera menjadi tidak hikmat.
Entah mengapa, sejak kelas sepuluh dahulu aku kurang suka saat acara upacara bendera setiap hari Senin, menurutku itu buang – buang waktu dan membosankan.
Hari itu pak Bandi berdiri mengawasi siswa kelas sebelas, ia berdiri tepat di barisan kelas ku, kelas sebelas ipa dua.
“Ayo Tangguh, yang benar posisi sikapnya, upacara akan segera dimulai,” ucap pak Bandi.
“Siap pak,” jawabku sambil cengar cengir.
Upacara pun dimulai, yang menjadi Pembina upacaranya, wakil kepala sekolah ibu Sari, pak Ujang, kepala sekolah berhalalangan hadir karena beliau upacara dengan unsur dinas di dinas Pendidikan.
Entah mengapa hari Senin itu, sikapku tenang bahkan saat bendera di kibarkan oleh teman – teman paskibra sekolah aku masih tenang. Ketika sambutan, aku mengobrol dengan temanku, aku pun langsung ditegur oleh pak Bandi.
“ Tangguh, tidak bisakah menungu sampai upacara berakhir,” seru pak Bani.