Mohon tunggu...
Arroyyan Alfarizy
Arroyyan Alfarizy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tetap semangat dan tidak putus asa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Indahnya Toleransi Agama di Pati, Jemaah Salat Iduladha di Teras Gereja

6 Januari 2025   22:47 Diperbarui: 6 Januari 2025   21:46 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret jemaah salat idul adha di teras gereja Sumber:detik Travel

                 Mahasiswa Programstudi Perbankan Syariah Institut Agama Negeri Parepare

Kegiatan ini menggambarkan tentang indahnya toleransi beragama di Desa Winong Pati,Jawa Tengah. Pada saat pelaksanaan shalat idul adha ,Jemaah masjid Al- Muqorrobin yang jumlahnya terlalu banyak sehingga harus menngunakan teras Gereja Kristen Murad Indonesia yang letaknya berhadapan dengan masjid . Pendeta GMKI Winong, Didik Hartono menjelaskan bahwa gereja senang hati mempersilahkan terasnya digunakan oleh umat muslim. Sikap toleransi ini sudah berlangsung selama puluhan tahun dan semakin erat dari waktu ke waktu. Kanopi yang menghubungkn antara masjid dan gereja juga menjadi simbiol kerukunan. Ketua takmir Mesjid Al-Muqorramah juga menegaskan bahwa hubungan kedua umat beragama berjalan dengan baik.

Moderasi beragama penting karena dapat menciptakan harmoni, kedamaian, dan stabilitas dalam masyarakat yang beragam. Berikut ini beberapa alasan utama mengapa moderasi beragama sangat penting

Mencegah konflik antaragama 

Moderasi beragama membantu mencegah konflik yang mungkin timbul akibat panatisme atau intoleransi.

Menjaga keharmonisan social 

Di masyarakat yang majemuk , moderasi beragama menjadi dasar untuk menjaga hubungan yang baik antarindividu atau kelompok dengan latar belakang agama yang berbeda.

Membangun solidaritas dan kerja sama 

Moderasi beragama mendorong umat beragama untuk bekerja sama dalam menangani berbagai masalah seperti bencana,kemiskinan, dan isu isu lainnya,tanpa membedakan latar belakang agama.

Mencegah ekstranisme

Sikap moderat mempunyai fungsi sebagai penyeimabang terhadap ekstranisme yang dapat merusak nilai - nilai kemanusiaan, perdamaian, dan persatuan.

Meneguhkan nilai-nilai kebangsaan 

Di negara Indonesia moderasi beragama selaras dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika.

Moderasi beragama tidak berarti melemahkan keyakinan, melainkan mengajarkan keseimbanga toleransi dan pengertian. Dengan demikian , kehidupan akan damai.

Al-Qur'an mengandung banyak ayat yang mengajarkan tentang moderasi beragama dan toleransi. Berikut beberapa surah dan ayat yang relevan:

1. Surah Al-Baqarah (2:256)

"Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama. Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang salah..."

Ayat ini menegaskan bahwa Islam tidak memaksakan agama kepada siapa pun, mencerminkan toleransi dalam keberagamaan.

2. Surah Al-Mumtahanah (60:8)

"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil."

Ayat ini mengajarkan untuk bersikap baik dan adil kepada orang yang berbeda agama selama mereka tidak memusuhi umat Islam.

3. Surah Al-Kafirun (109:6)

"Untukmu agamamu, dan untukku agamaku."

Ayat ini adalah pernyataan toleransi, memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk menjalankan keyakinannya tanpa paksaan.

4. Surah Al-Ankabut (29:46)

"Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik..."

Ayat ini mengajarkan dialog yang penuh hikmah dan kebaikan dengan umat agama lain.

5. Surah An-Nahl (16:125)

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik..."

Ayat ini menganjurkan pendekatan yang penuh kebijaksanaan dan kelembutan dalam menyampaikan ajaran agama.

Ayat-ayat tersebut menunjukkan pentingnya moderasi, toleransi, dan penghormatan terhadap perbedaan dalam kehidupan beragama. Prinsip ini menjadi dasar yang kuat dalam menciptakan kehidupan masyarakat yang damai dan harmonis.

Melaksanakan salat Iduladha di gereja secara prinsip diperbolehkan dalam Islam apabila terdapat kondisi tertentu yang membuatnya diperlukan, seperti keterbatasan tempat di masjid atau lapangan. Dalam situasi darurat atau demi kemaslahatan bersama, hal ini dapat dilakukan dengan beberapa pertimbangan berikut:

1. Hukum Dasar

Dalam Islam, tempat salat yang sah tidak terbatas pada masjid. Salat dapat dilakukan di mana saja selama tempat tersebut bersih dan layak, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

"Dijadikan untukku bumi ini sebagai masjid (tempat sujud) dan suci..." (HR. Bukhari dan Muslim).

2. Kondisi Khusus

Apabila masjid tidak dapat menampung semua jemaah, seperti kasus di Desa Winong, Pati, di mana jemaah salat Iduladha membludak hingga ke teras gereja, maka penggunaan tempat tersebut dapat menjadi solusi praktis dan tidak melanggar syariat.

3. Kebersihan Tempat

Tempat yang digunakan untuk salat harus dipastikan bersih dari najis. Selama gereja atau bagian terasnya memenuhi syarat ini, salat tetap sah dilakukan.

4. Niat dan Tujuan

Melaksanakan salat di tempat selain masjid, seperti gereja, tidak dimaksudkan sebagai bentuk ibadah kepada selain Allah. Selama niatnya adalah untuk kemaslahatan dan mempermudah pelaksanaan ibadah, maka hal ini tidak menjadi masalah.

5. Semangat Toleransi

Menggunakan fasilitas gereja dengan izin dari pihak gereja menunjukkan semangat toleransi yang tinggi, selama tidak mengganggu keyakinan atau ibadah pihak lain. Ini dapat menjadi simbol kerukunan antarumat beragama.

Namun, pelaksanaan ini tetap memerlukan koordinasi dan pemahaman bersama, agar tidak menimbulkan salah paham atau konflik. Dalam kasus seperti ini, niat baik dan kemaslahatan bersama menjadi kunci utamanya.

Melakukan salat di gereja atau tempat lainnya tidak mengurangi kesucian seseorang, selama tempat tersebut memenuhi syarat kebersihan yang ditetapkan dalam Islam dan niat salat dilakukan dengan ikhlas kepada Allah SWT. Berikut adalah beberapa penjelasan:

1. Kesucian Tempat

Kesucian tempat adalah syarat penting dalam salat. Jika tempat (termasuk gereja) bersih dari najis dan layak untuk salat, maka salat tetap sah. Rasulullah SAW bersabda:

"Dijadikan untukku bumi ini sebagai masjid (tempat sujud) dan suci..." (HR. Bukhari dan Muslim).

2. Niat Ibadah

Salat adalah ibadah kepada Allah SWT. Selama niat salat ditujukan kepada-Nya dan bukan kepada tempat, seperti gereja atau simbol-simbol agama lain, maka pelaksanaannya tidak memengaruhi kesucian spiritual seseorang.

3. Prinsip Darurat dan Kemudahan

Dalam kondisi tertentu, seperti keterbatasan tempat di masjid atau darurat, salat di gereja atau tempat lain diperbolehkan. Islam adalah agama yang memberikan kemudahan dalam menjalankan ibadah, sebagaimana firman Allah:

"...Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesulitan bagimu..." (QS. Al-Baqarah: 185).

4. Kesucian Diri Tergantung Amal dan Niat

Kesucian seorang muslim lebih ditentukan oleh keikhlasan hati, amal kebaikan, dan ketaatan kepada Allah SWT, bukan semata-mata lokasi ibadahnya.

5. Toleransi dalam Beragama

Melaksanakan salat di tempat seperti gereja dalam situasi tertentu juga dapat menunjukkan semangat toleransi dan kerukunan antarumat beragama, tanpa mengurangi nilai ibadah.

Jadi, selama tempat salat bersih, niat ditujukan hanya kepada Allah, dan dilakukan dengan khusyuk, maka salat tetap sah dan tidak mengurangi kesucian atau spiritualitas seseorang.

Peristiwa salat Iduladha di teras gereja Desa Winong, Pati, menjadi contoh inspiratif toleransi antarumat beragama. Berikut inti pelajaran yang bisa dipetik:

Toleransi dan Kerukunan: Warga hidup harmonis, mencerminkan semangat Bhinneka Tunggal Ika.

Kebaikan Universal: Gereja menyediakan tempat dengan sukarela, menunjukkan kebaikan lintas agama.

Esensi Ibadah: Ibadah lebih tentang niat dan penghambaan daripada tempat pelaksanaannya.

Dialog dan Kerja Sama: Hubungan baik antara tokoh agama memungkinkan solusi bersama.

Simbol Persatuan: Kehidupan masyarakat ini menjadi pesan perdamaian di tengah isu intoleransi global.

Peristiwa ini adalah bukti bahwa kerukunan beragama membawa keindahan dan berkah bagi semua.

Terlalu menekankan simbolik dalam agama berisiko mengaburkan esensi ajaran, seperti akhlak, keimanan, dan hubungan dengan Tuhan serta sesama. Fokus berlebihan pada simbol bisa:

Mengalihkan perhatian dari tujuan utama agama.

Memicu kesalahpahaman dan konflik

Memupuk formalitas tanpa substansi.

Berpotensi disalahgunakan untuk kepentingan tertentu.

Membatasi kebebasan berpikir dan interpretasi.

Memperbesar fanatisme atau ekstremisme.

Mengabaikan inti bahwa Tuhan melihat hati dan amal, bukan simbol.

Simbol hanya sarana, bukan tujuan. Nilai-nilai agama seperti kebaikan, keadilan, dan harmoni lebih penting untuk diterapkan dalam kehidupan.

Menghormati agama lain tanpa mengurangi kepercayaan terhadap agama sendiri memerlukan keseimbangan antara keyakinan yang kokoh dan keterbukaan. Langkah-langkah utamanya adalah:

Memahami agama sendiri untuk memperkuat keyakinan.

Menghormati kebebasan beragama sesuai nilai universal.

 Fokus pada persamaan nilai, seperti kebaikan dan keadilan.

Berinteraksi dengan sopan dan cara terbaik.

 Hindari fanatisme dan bersikap moderat.

 Hargai simbol dan tradisi agama lain tanpa merendahkan.

Bangun dialog antaragama untuk saling memahami.

Tunjukkan toleransi melalui tindakan nyata.

Hindari provokasi dan stereotip yang merusak hubungan.

Berdoa untuk kedamaian bagi semua.

Kesimpulan:

Menghormati agama orang lain tidak berarti mengorbankan keyakinan agama sendiri. Justru, penghargaan terhadap agama lain menunjukkan kedewasaan dalam beragama dan menegaskan esensi dari ajaran agama: cinta, kasih sayang, dan perdamaian..

Toleransi antarumat beragama adalah sikap saling menghormati tanpa melanggar prinsip agama masing-masing. Berikut batasannya:

Tidak mengorbankan prinsip keimanan atau ikut ibadah agama lain.

Tidak menyetujui hal yang dilarang agama, seperti makanan haram.

Tidak memaksakan keyakinan pada orang lain.

Tidak menyembunyikan identitas agama sendiri.

Hindari sinkretisme, mencampuradukkan ajaran agama.

Tidak menghina agama lain, menjaga sikap hormat.

Tidak ikut dalam ritual agama lain, cukup menghormati dari luar.

Toleransi harus tetap menjaga keutuhan keyakinan dan saling menghormati tanpa melanggar ajaran agama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun