Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

KAI: Dari Kumuh ke Layanan Super Istimewa untuk Indonesia

30 Oktober 2024   21:39 Diperbarui: 30 Oktober 2024   22:38 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kereta Api Indonesia. Sumber: screenshot/instagram.com/keretaapikita

Semua orang pernah naik kereta api? Tentu jawabannya tidak semua orang pernah naik kereta api, angkutan umum primadona masyarakat Indonesia dari zaman ke zaman.

Nah, bagi generasi pre-boomer (lahir sebelum tahun 1945), baby boomer (lahir tahun 1946-1964), gen x (lahir tahun 1965-1980), dan milenial (lahir tahun 1981-1996), pernah merasakan kumuhnya layanan dan fasilitas saat naik kereta api.

Menurut cerita kakek dan nenek, dulu waktu naik kereta api yang ditarik lokomotif berbahan bakar batu bara, saat ke luar dari Terowongan Mrawan (memiliki panjang 690 meter) dan Terowongan Garahan (memiliki panjang 130 meter) lubang hidung kelihatan menghitam. Maklum, asap dari cerobong lokomotif “nyelonong” mulus sampai lubang hidung.

Beralih ke pengalaman pribadi (masuk generasi x), tahun 1980-an memberikan kenangan yang membekas dan sulit dihapus hingga sekarang.

Begini ceritanya, saat masuk stasiun, semua orang bebas masuk ke ruang tunggu hingga peron (pelataran pada stasiun kereta api atau tempat turun naik kereta api). Apa jadinya? Campur aduk antara penumpang yang berpakaian rapi dan bersih, pengantar dan sekedar anak-anak muda ngeceng, hingga tukang copet yang sok berpenampilan sebagai detektif.

Artinya apa? Kenyamanan dan keamanan penumpang kurang terlayani dengan baik hingga tak jarang ada calon penumpang yang kecopetan barang atau uang.

Sekarang bagaimana? Jangan coba-coba pengantar dan atau anak-anak muda ngeceng di peron. Hanya calon penumpang berkarcis yang diperbolehkan masuk peron. Petugas Polisi Stasiun siap sedia melayani dan menjaga calon penumpang duduk nyaman dan aman di peron, menunggu kereta api yang akan tiba dan berangkat melayani para calon penumpang.

Generasi pre-boomer, baby boomer, gen x, dan milenial pernah melihat dan atau merasakan penumpang yang bersesakan di dalam kereta. Bahkan pemandangan umum terjadi penumpang duduk nangkring di atap kereta api, persis seperti di Film India dan Bangladesh.

Bukan itu saja, selain berjubel di dalam kereta yang pengap dan bau aneka keringat, lalu lalang penjual aneka makanan dan minuman menambah sesak kehidupan di atas rel kereta yang suaranya sampai berderit-derit.

Sampah? Wow, jangan ditanya kumuhnya. Meskipun ada petugas resmi dan tidak resmi (pengemis yang memanfaatkan situasi dengan pura-pura nyapu bersih-bersih bawah kolong tempat duduk, lantas minta sedekah duit) tetap tidak mampu membuat gerbong mengkilap, higienis, dan humanis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun