Kesan terbaik dilihat langsung oleh Guru Penggerak setelah saling kunjung antar sekolah. Termasuk saat berkunjung ke sekolah di dataran tinggi seperti SD Negeri Sariwani. Sekolah yang menerapkan pembelajaran berbasis lingkungan.
Guru dan murid belajar secara langsung bagaimana teknik dan pola tanam dikaitkan dengan pola musim dan pemanfaatan teknologi. Bahkan melibatkan komunitas pedagang pengepul untuk menggali lebih dalam teknik pengiriman hasil pertanian baik lewat transportasi darat dan laut.
Kesan terbaik juga disampaikan saat mengikuti Pendidikan Guru Penggerak. Guru dari jenjang PAUD/TK, SMP hingga SMA/SMK disatukan di Kelas Belajar. Saling mempelajari dan rela berbagi kelebihan cara guru mengajar. Cara menarik yang bisa diadopsi dan diimbaskan di satuan pendidikan masing-masing.
Guru jenjang SMP dan SMA/SMK dapat belajar bagaimana rancangan media pembelajaran dan ice breaking oleh guru PAUD/TK dan SD untuk diadopsi yang bisa diimplementasikan untuk langsung dibuat oleh murid. Jadi ada alih peran pembuatan media belajar dan lainnya yang bisa diadopsi dan dimodifikasi sedemikian rupa antar jenjang sekolah.
Tantangan di Pendidikan Guru Penggerak
Kawasan pegunungan identik dengan tantangan alam yang "menggoda". Tantangan yang membutuhkan perjuangan dengan pengorbanan waktu, tenaga dan biaya. Bahkan terkadang maut "menghantui" perjuangan para guru hebat di sana.
Pengalaman Pengajar Praktik (PP) saat naik ke sekolah di Desa Sapikerep untuk melaksanakan Pendampingan Individu (PI). Nyatanya, sepeda motor matic kurang tepat sebagai teman seperjuangan. Saat motor terlalu banyak digunakan ngerem mengakibatkan rem blong. Kondisi yang harus diantisipasi saat darurat dengan mengutamakan keselamatan diri pada lokasi yang tepat dan mengorbankan sepeda motor "nyemplung" ke jurang.
Kejadian yang dialami PP sudah sering terjadi di guru-guru "sekolah atas". Sehingga ada labeling "jangan mengaku guru sekolah atas jika belum pernah terjatuh".
Tantangan lain adanya kesenjangan ekonomi masyarakat. Ada masyarakat kelas ekonomi mampu dan ada yang kelas ekonomi kurang mampu. Dampak bagi anak/murid, anak yang keluarga ekonomi mampu terbiasa membawa uang saku berlebih dan berlebih juga saat "njajan", sedangkan ekonomi kurang mampu seringkali tidak membawa uang saku yang secara otomatis sering pula "tidak njajan" sama sekali.
Tantangan yang membuat Guru Penggerak trenyuh dan harus menemukan solusi. Caranya dengan kotak donasi makanan dan minuman untuk anak ekonomi mampu secara sukarela. Selanjutnya hasil donasi diberikan kepada anak yang kurang mampu. Jadi dikemas dalam program "Berbagi Antar Teman".
Wasana Kata
Pesan Dirjen PAUD, Dikdasmen untuk Guru Penggerak, sebagai pemimpin pembelajaran Guru Penggerak harus berbagi dan berkolaborasi. Mengedepankan sikap gotong royong dan memprioritaskan kebutuhan belajar murid mewujudkan "Indonesia Emas 2045".Â
Perubahan paradigma kepemimpinan di dunia pendidikan harus dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah. Guru Penggerak hendaknya terus menjadi katalisator pembelajaran yang nantinya bisa berproses menjadi pemimpin pembelajaran baik sebagai Kepala Sekolah atau Pengawas Sekolah.