Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Jangan Pernah Menentang dan Menantang Pemimpin

31 Agustus 2023   05:05 Diperbarui: 31 Agustus 2023   05:15 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Gioele Vazzeri on pixabay.com

Humor ini awalnya berjudul "Jangan Pernah Menentang dan Menantang Sesepuh", nggak jadi. Lalu diubah Jijay menjadi "Jangan Pernah Menentang dan Menantang Tetua", nggak jadi jugak.

Kok bisa Jijay nggak jadi ngasih judul seperti di atas. Ada sebabnya dan bisa dibuktikan dengan logika bahasa.  

Jijay coba ngetik "sepuh" dan nyari arti kata "sepuh" di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), lha kok artinya mengerikan. Sebab KBBI mengartikan kata "sepuh" sebagai "cara mengeraskan sabit, pisau dan sebagainya dengan membakar lalu mencelupkannya ke dalam air".

Aih, jadi teringat sesepuh Gang Sapi dan Lebakwana. Semoga yang empunya memaklumi makna dan manfaatnya.

Ganti ngetik "tetua" dan kembali nyari artinya di KBBI. Lha kok oleh KBBI diartikan "bintik-bintik hitam pada kulit muka (pipi)".

Waduh, kagak berani mengaitkan dengan mpok-mpok penghuni Gang Sapi. Sebabnya, mereka bisa salah mengartikan dan atau menafsirkan. 

Suer, bisa habis tomat sepekarangan yang sudah matang bergelantungan buat lempar sasaran. Apalagi mereka sudah terlatih sejak Engkong membangun kandang.

Padahal, sekali lagi padahal. Pinginnya cari arti sepuh dan tetua terkait dengan orang yang dituakan dan atau disepuhkan di suatu tempat, daerah dan atau wilayah. Bisa pula sebatas Gang Sapi dan sebelah.

Sebenarnya Jijay pengen sekali pakai kata "sesepuh" atau "tetua" di judul agar masyarakat lebih paham. Juga kesannya lebih menghargai yang ditokohkan. Maklumlah, Jijay seringkali mendengar sambutan acara di masyarakat yang menyebut "para sesepuh' atau "para tetua". 

Lha nyatanya, kalau kata "sepuh" di KBBI diartikan seperti di atas, jika dipaksakan ke judul, maka akan dapat diartikan "jangan pernah menentang dan menantang para pengeras sabit, pisau dan sebagainya".

Sama juga dengan memaksakan kata "tetua", maka artinya mengarah pada "para bintik-bintik hitam pada kulit muka". Maka judul dapat diartikan "jangan pernah menentang dan menantang para bintik-bintik hitam pada kulit muka". Haduh, bisa marah besar pemimpin Gang Sapi dan Lebakwana.

Maka, Jijay ambil jalan tengah. Jalan aman pulang. Tenang menuju rumah. Dipakailah kata "Pemimpin".

Terkait dengan judul ini humor "Jangan Pernah Menentang dan Menantang Pemimpin", wajarlah. Apa sebab? Sebabnya pemimpin punya "anak buah", bisa pula diartikan punya "kaki tangan".

Terkait "anak buah", KBBI mengartikan "anggota kelompok (regu pasukan) yang berada di bawah seorang pemimpin". Lebakwana punya banget. Sebab ada padepokan di sana. Ngerti khan kalau dikaitkan dengan padepokan? Bisa kena "kepruk" enam belas penjuru mata angin Si Jijay.

Begitupun dengan arti "kaki tangan". KBBI mengartikan "kaki dan tangan", ya benerlah. Tapi, KBBI juga mengartikan "orang yang diperalat orang lain untuk membantunya". Nah, ini sih Engkong punya banget. 

Engkong itu bisa mengadu domba hanya dengan lirikan mata. Domba saja bisa diadu apalagi manusia. Ngeri kalau ditentang dan ditantang. Pingin bukti? Coba saja kalau berani.     

*Hanya humor. Tidak terkait dengan iklan manapun, termasuk...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun