Ada diam di wajahmu
Ah... manis nian ku pandang
Di timur, juwita dirimu tersenyumLalu, utara menyapu kabut
Saat saron, kenong dan gong memainkan nada
Kau, melepas sampur masa depan yang masih dalam impian
Ah, Cattleyapun menjelma putri malu
Lesap pesona wewangian di pucuk-pucuk Lavender
Di lekuk-lekuk gemulai sepuluh jemarimu nan anggun
Edelweis...
Kukira, engkau sepi dan aku api
Nyatanya, engkau api dan akulah sepi
Dirimu membara, bukan membakar, di masanya Â
Saat saron, kenong dan gong memainkan nada
Kau, melepas sampur masa depan yang masih dalam impian
Lesap pesona wewangian di pucuk-pucuk Lavender
Di lekuk-lekuk gemulai sepuluh jemarimu nan anggun
Kukira, engkau sepi dan aku api
Nyatanya, engkau api dan akulah sepi
Dirimu membara, bukan membakar, di masanya Â
Baca juga: Orang-Orang Hebat yang Merakyat (1)
arS, 07.02.2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Puisi: Bertelur Kata-Kata
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!