Selepas makan, guru pamit sebentar ke belakang. Bukan ingin buang hajat kecil, hanya ingin mencari informasi lebih lanjut tentang keluarga siswa ke tetangga yang ada.
Kebetulan di belakang rumah siswa ada warung kelontong. Warung yang menyediakan kebutuhan sehari-hari khas desa atau daerah terpencil.
Guru menanyakan seputar keadaan ekonomi keluarga siswa. Didapat data memang dari keluarga kurang mampu. Bahkan untuk kebutuhan makan sering berhutang ke warung kelontong. Termasuk baru saja berhutang 3 butir telur ayam, 4 bungkus krupuk, dan sebungkus minyak goreng curah.
Secepatnya guru menanyakan semua hutang orang tua siswa. Total sekitar 100 ribu rupiah lebih sedikit. Langsung oleh guru dilunasi dan berpesan untuk tidak ditagih lagi.
Selepas dari warung kelontong, guru berhenti sejenak di belakang rumah siswa. Di titik inilah, sembari memandang rumah siswa yang mulai kumuh, air mata guru tiba-tiba menetes ke bumi nusantara tercinta.
Itu saja kisahnya. Tentu ada banyak kisah lain yang lebih memilukan. Cerita yang masih tersembunyi di daerah-daerah terpencil, terisolir, dan terdepan yang juga dialami guru-guru hebat lainnya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H