Siang hari suasana kantor tiba-tiba ramai. Para ibu saling menyodorkan wadah kosong minyak goreng ke salah satu ibu guru. Wadah yang disodorkan tampaknya sudah disiapkan dari rumah.
Usut punya usut, ternyata mereka menitipkan minyak goreng dengan harga murah, seharga 14.000 rupiah/liter. Tetapi, tanpa kemasan seperti yang dijual di toko dan swalayan.
Harga murah yang ditawarkan oleh seorang ibu guru memang bukan kaleng-kaleng (bisa dipercaya). Sebab harga per liter minyak goreng yang ditawarkan lebih murah dibanding harga minyak goreng kemasan yang dijual toko dan swalayan.
Muncul di benak penulis "mengapa harganya murah?" dan "apakah yang dijual minyak goreng curah?". Setelah dikonfirmasi ke ibu guru pengepul, ternyata yang ditawarkan memang betul minyak goreng curah.
Lantas, muncul pertanyaan lanjutan "apa itu minyak goreng curah?" dan "betulkah harganya lebih murah?" Bukan itu saja, masih muncul pertanyaan susulan "apa bedanya dengan minyak goreng yang dijual di toko dan swalayan?".
Mengenal Minyak Goreng Curah dan Harganya yang Lebih Murah
Minyak goreng sangat dibutuhkan saat memasak. Jika tidak ada di dapur, rasanya pasti ada yang kurang untuk kebutuhan memasak.
Bukan hanya itu, minyak goreng juga menyokong produk UMKM di Indonesia. Sehingga memunculkan istilah "gorengan" yang sepertinya istilah ini hanya ada di nusantara.
Minyak goreng dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) diartikan minyak yang dipakai untuk menggoreng, seperti minyak kelapa, minyak jagung, dan minyak kacang.
Minyak goreng merupakan bagian dari sembilan kebutuhan pokok (sembako). Sehingga sangat wajar jika sampai langka di pasaran akan menimbulkan kegaduhan di masyarakat secara luas. Mempengaruhi kebijakan ekonomi di bidang perdagangan. Bahkan bisa menggoyang pemerintahan.
Minyak goreng curah merupakan produk turunan minyak kelapa sawit. Sudah melalui tahap pemurnian (refining), pemutihan (bleaching), dan penghilangan bau (deodorizing). Dikemas menggunakan drum. Didistribusikan menggunakan mobil tangki ke berbagai pasar di pelosok negeri. Minyak ini digenangkan pada wadah-wadah terbuka ketika dijajakan, sehingga rentan terkontaminasi air dan serangga. (Lihat Sumber)
Minyak goreng curah tidak dikemas sedemikian rupa seperti yang dijual di toko dan swalayan. Dijual di pasar menggunakan wadah terbuka. Ketika ada pembelian eceran menggunakan takaran literan dan timbangan kilogram. Dikemas ke wadah plastik atau wadah lain yang dibawa pembeli.
Karena tidak dikemas sedemikian rupa inilah, maka harga minyak goreng curah lebih murah. Selisih sekitar 12 % dibanding kemasan biasa dan lebih untuk kemasan premium. (Lihat Sumber)
Beda Minyak Goreng Curah dan Minyak Goreng Kemasan
Dari pemaparan arti minyak goreng curah, dapat ditarik benang merah perbedaan antara minyak goreng curah dengan minyak goreng kemasan. Sebagai berikut perbedaannya:
Pertama. Minyak goreng curah di jual di pasar tradisional. Didistribusikan dengan media drum. Sedangkan takaran dapat menggunakan alat liter dan timbangan untuk satuan kilogram.
Minyak goreng kemasan dijual di toko dan swalayan. Tentu mempertimbangkan kepraktisan saat proses jual beli dan kebersihan serta kualitas saat disimpan atau dipajang.
Kedua. Harga per liter minyak goreng curah lebih murah dibanding minyak goreng kemasan biasa dan premium. Hal ini dipengaruhi biaya pengemasan dan non labeling. Proses penyaringan minyak goreng kemasan juga lebih rumit untuk jaminan higienis.
Ketiga. Minyak goreng curah rentan terkontaminasi air dan udara. Sebab dalam proses penjualan ke konsumen menggunakan wadah terbuka. Lantas ditakar atau ditimbang sesuai kebutuhan daya beli konsumen.
Beda dengan minyak goreng kemasan, telah dikemas sedemikian rupa agar tidak terkontaminasi air dan udara hingga sampai ke konsumen. Minyak goreng kemasan juga telah mengalami dua kali proses penyaringan. Sedangkan minyak goreng curah hanya melalui satu kali proses penyaringan.
Minyak Goreng Curah Akan Ditiadakan?
Penghapusan minyak goreng curah di pasaran pernah disampaikan pemerintah. Tetapi sekedar wacana yang pernah terjadi dari tahun 2014 hingga tahun 2019. (Lihat Sumber)
Mengingat masyarakat kelas menengah dan bawah sebagian besar masih bergantung pada minyak goreng curah, penghapusan minyak goreng curah hanyalah wacana. Apalagi kebutuhan minyak goreng curah bagi UMKM begitu besar. Sebesar kebutuhan untuk pengolahan aneka gorengan yang sudah mentradisi dan ragam snack yang sudah merakyat.
Kebijakan pemerintah yang paling memungkinkan adalah tetap mengatur ketersediaan produksi, pemerataan distribusi, dan stabilitas harga yang murah seputar minyak goreng di varian apapun. Terutama ketercukupan kebutuhan domestik.
Wacana penghapusan minyak goreng curah mungkin bisa diwujudkan secara bertahap dengan program kemasan murah. Terpenting, ketersediaan minyak goreng curah hanya dikhususkan untuk kebutuhan UMKM dan industri skala besar.
Wasana Kata
Minyak goreng merupakan sembilan kebutuhan pokok (sembako). Tersedia dalam bentuk curah dan kemasan untuk sampai ke konsumen.
Minyak goreng curah harganya lebih murah dibanding minyak goreng kemasan. Sebab minyak goreng curah lebih murah biaya produksinya karena tanpa biaya tambahan kemasan termasuk pelabelan.
Membeli minyak goreng curah dengan harga jauh lebih murah dari ketentuan pemerintah patut diwaspadai, lebih utama dihindari. Mengapa? Karena disinyalir beredar pula minyak goreng bekas (jelantah).
Harga minyak goreng bekas (jelantah) yang telah diolah sedemikian rupa sangat murah. Tak sampai dari setengah harga minyak goreng curah produksi pabrik.Â
Konsumsi dalam jangka panjang jelas sangat merugikan kesehatan karena mengandung senyawa berbahaya asam lemak bebas, karbonil, dan peroksida.
Demikian dan semoga bermanfaat.
Referensi: 1, 2, 3
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H