"Kok tahu?" Tanya Haut lagi.
"Baca tuh Kompasiana!" Seru Jijay.
Haut garuk-garuk kepalanya yang baru keramas. Masih tercium harum shampo anti ketombe merk Kerastase yang katanya paling mahal di marketplace domestik.
"Daging sapi naik. Tahu tempe tipis. Bright Gas naik. Pedagang dan konsumen hatinya kembali teriris. Pedagang pada mogok. Pembeli pada antri kayak zaman baru merdeka." Ardni mulai beropini.
"Ntar juga daging ayam ngikut naik." Sahut Jijay.
"Wah. Kalau sampai daging ayam naik jugak, kasihan Engkong!" Teriak Inot.
"Kok bisa?" Iwur langsung bertanya.
"Ya jelas kasihan lah, Engkong. Harga semangkuk soto jelas akan naik. Mana cicilan hutang ke Mas Karso belon kelar-kelar. Tahu khan penyebabnya?" Haut lugas bin jelas menjawab.
"Eits. Tunggu dulu. Kagak ada pengaruhnya ke Engkong. Beliau punya cara jitu menghadapi kenaikan dan keturunan harga-harga. Pasti elo elo elo semua mau tahu alasannya...ya khan?" Semprot Jijay.
Ardni, Iwur, Inot, dan Haut mendekat ke Jijay. Berharap cara jitu Engkong dibocorkan Jijay.
"Dalam situasi harga kebutuhan menyangkut perut pada naik, Engkong akan menjelma vegetarian, memasak pakai kayu bakar, minum dari air sumur. Gitu aja kok repot, kata Engkong!" Jijay menutup pertemuan rutin dengan segera pamit.