"Main sepakbola di mulut." Jawab Haut pendek.
Idur masih belum paham. Ditolehnya Jijay.
"Nih, kalau mau ikut main." Timpal Jijay sembari menggelontorkan beberapa permen ting-ting jahe ke lantai pos ronda.
Karuan Idur, Inot, Iwur, dan Ardni saling jumput. Tak menyisakan lagi tebaran pesona kebajikan Jijay dalam bungkusan ting-ting jahe nan aduhai.
Sejenak suasana hening. Menikmati kehangatan permainan sepakbola mulut seperti Haut.
"Eh. Pertanyaanku belum dijawab Haut." Jijay kembali memecah keheningan.
"Nunggu bakso lewat. Sedari satu jam tadi kagak lewat-lewat." Ujar Haut.
"Oh. Lama banget ya... Biasanya hampir tiap detik berkoar sooo...baksooo...to...sotooo!" Ardni menimpali dengan suara melankolisnya.
"Kali ini kagak akan ada yang lewat." Iwur menimpali.
"Kok bisa?" Tanya Haut.
"Harga daging sapi mahal. Menyentuh 150.000 rupiah per kilogram." Inot menyahut.