Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Saat Anak Langsung Minta Vaksin Ketiga

14 Februari 2022   23:35 Diperbarui: 14 Februari 2022   23:47 2576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: screenshot/instagram.com/kemenkes_ri

Apa kabar warga +62?... Warga yang terkadang unik plus genit. Unik karena hampir semua program dari pemerintah minta yang gratis. Genit, karena tidak semua himbauan pemerintah diikuti dengan baik, bahkan menyerang balik.

Saat awal pandemi Covid-19 menghantam membabi-buta tanpa ampun, hampir seluruh sektor kehidupan dibuat terkapar tak berdaya. Transportasi umum sempat lumpuh. Pedagang asongan menjerit-jerit hilang harapan. Juragan besar dibuat pusing tujuh keliling.

Gedung sekolah dan perkantoran tutup. Aktivitas pembelajaran dan kerja kantoran digeser ke rumah, hingga melahirkan istilah study from home dan work from home.

Jalanan yang biasanya bising oleh suara mesin kendaraan, tetiba hening. Pasar, toko-toko di pinggir jalan, dan swalayan tutup. Bersatu kita teguh dimentahkan menjadi runtuh, masih sangat jelas di ingatan kita.

Bukan hanya rakyat yang pening, pemerintahpun ikut pusing. Rencana pembangunan dengan anggaran maha besar dialihkan untuk membendung serangan tak kasat mata Covid-19, musuh terbesar peradaban manusia di abad 21.

Semua berjibaku mempertahankan nyawa, sebab korban-korban terus berjatuhan hingga data terakhir telah mencapai  5.783.776 angka kematian di seluruh penjuru dunia per tanggal 14 Februari 2022 (Lihat Sumber). Jumlah kematian yang tidak sedikit dan membuat dunia begitu ketar-ketir.

Pemerintah dan lembaga riset berupaya keras membendung dampak luar biasa pandemi Covid-19. Vaksin menjadi pintu awal untuk membentengi umat manusia di muka bumi dari kemungkinan kematian yang lebih mengerikan.

Pemerintah Indonesia bergerak cepat mendatangkan Vaksin Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer, Novavax, Sputnik-V, Janssen, Convidencia, dan Zifivax (Lihat Sumber). Kesemua varian vaksin didatangkan untuk memenuhi kebutuhan bagi warga +62 dalam jumlah yang sangat besar.

Alhasil, secara bergelombang/bertahap program vaksinasi pertama dimulai dari tenaga medis dan orang-orang yang terkait langsung dengan pelayanan publik. Vaksin tahap kedua juga telah diberikan kepada lansia, pekerja sektor esensial, dan guru.

Pemerataan vaksinasi terus dilanjutkan untuk masyarakat umum. Harapannya, dapat menjangkau seluruh warga negara Indonesia dan warga negara asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Sehingga Indonesia dapat segera bangkit dan terbebas dari penyebaran virus Covid-19.

Cuss...nggak sakit dan berani lihat. Sumber: dokumentasi pribadi 
Cuss...nggak sakit dan berani lihat. Sumber: dokumentasi pribadi 

Sebagai warga negara yang baik, program vaksinasi anak sangat antusias disambut dan untuk segera ditindak lanjuti. Gayung bersambut kebahagiaan, anak semata wayang yang masih umur 9 tahun ingin segera divaksin.

Rencana vaksin pertama untuk anak seakan menemukan jalan terang saat Polres Kota Probolinggo memfasilitasi. Segera didaftarkan lewat sekolah. Sayang, saat hari pelaksanaan malah sakit batuk. Terpaksa rencana dijadwal ulang untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.

Kamis, 10 Februari 2022 kesempatan kedua difasilitasi Puskesmas Ketapang. Sesuai alamat domisili yang tercatat di Kartu Keluarga (KK), anak bisa dilayani untuk vaksin. Bahkan, penulis dan istri bisa dilayani untuk vaksin ketiga.

Sertifikat vaksin anak. Sumber: pedulilindungi.id/arsip pribadi
Sertifikat vaksin anak. Sumber: pedulilindungi.id/arsip pribadi

"Bapak dan Ibu vaksin ketiga, ya?" Tanya dokter.

"Ya, dok."

Tiba-tiba anakku langsung nyeletuk,"Aku vaksin ketiga juga ya... Yah?"

Kami terkejut dan sejenak terdiam.

"Iya. Vaksin ketiga juga." Jawabku sambil mengedipkan mata ke dokter. Terlihat dokter dan istri tersenyum. Memahami makna sebenarnya dibalik simbol kedipan. 

Anakku tersenyum dan terlihat girang. Maklum, perkataan dan keinginan anak terkadang di luar perkiraan. Butuh jawaban dan strategi tepat agar niat vaksin tidak berubah.

Sertifikat vaksin ketiga. Sumber: pedulilindungi.id/arsip pribadi 
Sertifikat vaksin ketiga. Sumber: pedulilindungi.id/arsip pribadi 

Cuss...jarum suntik menembus lengan kiriku.

"Sakit, Yah?" Tanya anakku yang begitu perhatian saat jarum suntik menusuk pelan.

"Nggak. Khan lihat sendiri ayah nggak rewel apalagi nangis."

Anakku tersenyum. Dokter segera mempersilahkan memposisikan diri.

"Duduk sini adek. Sudah bisa baca ya...?" Tanya dokter sembari merekatkan tensimeter di lengan kirinya nan mungil.

"Teman-temannya sudah ada yang vaksin?" Lanjut dokter bertanya sembari menyiapkan alat suntik.

"Sudah. Sebelas anak yang sudah vaksin."

"Kok tahu?"

"Baca di WA yang ditunjukkan ayah."

"Wah pintar." Puji dokter sembari menyuntikkan Vaksin Sinovac.

Proses vaksin pertama anakku berjalan lancar dan sesuai harapan.

"Nggak sakit, khan?" Tanyaku di depan dokter.

"Nggak, Yah. Kapan vaksin lagi, bu dokter?" Tanya anakku ke dokter.

"Tunggu 28 hari lagi, ya." Jawab dokter sembari tersenyum.

"Terima kasih, bu dokter."

"Sama-sama anak pintar. Tetap jaga kesehatan dan pakai masker ya."

Anakku mengangguk. Kami berpamitan. Lega rasanya sudah divaksin pertama untuk anakku, vaksin ketiga untukku dan istri. Semoga semua tetap sehat dan pandemi segera berlalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun