Namanya anak-anak, banyak tingkah dan banyak ingin tahu. Suatu kewajaran yang patut disyukuri.
Mengapa patut disyukuri? Sebab anak yang aktif dan banyak ingin tahu menandakan sehat secara fisik dan tidak ada kelainan.
Bayangkan seandainya anak hanya diam. Bisa jadi mengalami gangguan pendengaran. Bisa juga mengalami gangguan bicara.
Anak Menulis Kata Jorok di Dinding
Anak-anak yang aktif dan sehat memiliki tingkat kepekaan adaptasi lingkungan yang kuat. Mereka mudah bergaul dengan teman sebaya dan aktif dengan permainan di dunianya.
Indikasi kepekaan ditunjukkan dari usaha mereka mengenali lingkungan dengan baik. Bahkan meniru apa yang dia lihat dan rasakan dengan baik pula.
Saat anak cukup usia masuk sekolah, kemampuan calistung (baca, tulis, dan hitung) meningkat sesuai perkembangan usia.
Tentu orang tua sangat senang manakala anak mulai dapat membaca, menulis, dan berhitung. Pencapaian awal untuk membuka cakrawala pengetahuan lebih luas.
Kemampuan anak dalam calistung sangat peka terhadap lingkungan yang dihadapi, termasuk meniru perkataan yang didengar dan tulisan yang dibaca.
Alhasil, perkataan dan tulisan yang jorok juga mereka tiru. Diucapkan dan ditulis baik pada saat bermain dan atau pada situasi tertentu.
Tulisan jorok di dinding sering juga ditemukan saat anak bermain. Biasanya berupa kata umpatan bahasa lokal seperti "j^^c^k", "m^t^m^", "a^u" dan yang lainnya.
Bagaimana Menyikapi
Saat kata jorok ditemukan dan jelas terbaca di dinding, tentu orang tua akan kaget. Bahkan dibuat serba penasaran.
Lantas apakah dengan serampangan memarahi dan berbalik berkata kasar ke anak-anak? Perlu sikap dan tindakan bijaksana.
Cobalah panggil anak-anak satu-persatu. Mulai dari yang kemampuan bacanya masih rendah atau belum bisa calistung.
Tanyakan apakah anak pertama yang menulis kata jorok? Biasanya anak yang belum dapat calistung akan menjawab jujur "tidak".
Lanjutkan ke pertanyaan lain, "siapa yang menulis". Pada tahap pertanyaan ini, anak yang belum dapat calistung cenderung menjawab jujur dan menjawab "si A".
Terhadap praduga "si A" cobalah gali kemampuannya, apakah sudah bisa calistung? Jika "ya" jangan langsung dipanggil. Lebih bijak panggil anak yang lain (anak kedua).
Berikan pertanyaan yang sama ke anak kedua. Jika anak kedua juga menjawab "tidak menulis" dan juga menunjuk "si A", maka jawaban cukup valid sudah didapat.
Apakah bisa langsung memanggil "sia A"? Jangan dulu jika ada anak ketiga. Panggil lebih dulu anak ketiga.
Berikan juga pertanyaan yang sama untuk anak ketiga. Jika jawaban anak "ketiga" sama dengan anak "pertama" dan "kedua", berarti kemungkinan kuat yang menulis memanglah "si A".
Panggillah "si A", jika dia diam dan mungkin juga senyum-senyum, cobalah tanya dengan penekanan "berarti betul kamu yang nulis".
Biasanya "si A" akan mengangguk atau menjawab "ya". Pada titik inilah beri pemahaman dengan santun dan lembut agar "si A" untuk tidak lagi menulis dan atau berkata jorok.
Bagaimana jika "si A" tidak mengakui atau menjawab? Katakan bahwa semua temannya sudah mengakui. Nasehati "si A" dengan lemah lembut dan ambil posisi berhadapan sejajar. Atau pembaca punya cara lebih bijak? Sila sampaikan di kolom komentar.
Semoga bermanfaat. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H