Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Demi Independen Sekolah, Guru Harus Berani Rangkap Tugas

12 Agustus 2021   11:43 Diperbarui: 12 Agustus 2021   11:47 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Ronald Carreno on pixabay.com

Pengalaman rangkap tugas kebanyakan memang didelegasikan kepada seseorang yang mempunyai kapabilitas (kemampuan lebih) di dunia kerja.

Kapabilitas dibentuk dan dinilai berdasarkan ability (keahlian yang diperoleh dengan mempelajari sesuatu) dalam menyelesaikan tugas tertentu.

Tentu attitude (sikap) juga menjadi pertimbangan dalam organisasi kerja untuk menentukan tugas lebih seseorang dalam dunia kerja.

Lembaga sekolah mempunyai struktur kerja yag dipimpin oleh kepala sekolah sebagai manajer.

Tugas yang diemban kepala sekolah tidaklah ringan. Selain tugas manajerial, administrator dan supervisor juga melekat dalam tugas keseharian kepala sekolah.

Sekolah dan Pengembangan Diri TIK

Dinamika kemajuan iptek begitu pesat dan canggih. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) begitu menggurita pengaruhnya di masyarakat.

Sekolah sebagai lembaga formal mempunyai peran sentral sebagai agent of change. Penyedia Sumber Daya manusia (SDM) berkualitas yang dibutuhkan masyarakat dan dunia kerja.

Begitu sentral peran sekolah sebagai penopang pendidikan sehingga harus mampu mengembangkan diri.

Pesatnya perkembangan dan pengaruh iptek dijawab sekolah dengan membuka kelas TIK baik di tingkat dasar dan menengah.

Berani Ambil Rangkap Tugas dan Menanggung Resiko

Akhir tahun 2000, penulis terjun ke lingkungan sekolah. Berstatus sebagai CPNS, tentu yunioritas melekat sebagai pemain baru.

Pergeseran alih teknologi mulai dirasakan masyarakat di tahun 2000. Wartel (Warung Telepon) mulai banyak yang tutup, tergantikan handphone.

Tahun ini pula mulai menjamur Warnet (Warung Internet). Bisnis teknologi yang sangat menjanjikan meskipun lemah sinyal dan kecepatan akses seibarat model larinya bekicot.

Lembaga pendidikan dan masyarakat mulai merasakan adanya "kebutuhan baru". Sehingga Mata Pelajaran TIK dengan dukungan Laboratorium TIK yang mumpuni menjadi program unggulan sekolah di berbagai jenjang.

Sekolah berlomba mewujudkan Mapel TIK meskipun dengan keterbatasan biaya dan tenaga pengajar yang memenuhi kapabilitas.

Saat itu, susah menemukan guru yang kapabel di bidang TIK. Jalan pintas yang paling memungkinkan adalah bekerjasama dengan lembaga kursus komputer yang juga menjamur.

Saat penulis datang, segala tanggung jawab pengelolaan laboratorium komputer diserahkan ke "Lembaga Kursus W". Sekolah, sesuai klausul perjanjian hanya berusaha memenuhi setoran nilai kontrak 2 juta/bulan selama 10 tahun. Nominal yang tidak sedikit di tahun 2000-an.

Sebagai tenaga pengajar yang baru datang, penulis menghadap pimpinan. Oleh pimpinan langsung ditanya keahlian selain mengajar sesuai Ijazah dan Akta Mengajar.

Penulis sampaikan bisa mengoperasikan komputer berbasis windows yang memang saat itu masih langka dikuasai oleh guru.

Tanpa banyak pertimbangan, pimpinan meminta penulis membantu pengelolaan laboratorium komputer. Permintaan penulis sanggupi sekalian lebih dalam menyelami perkembangan teknologi, khususnya di lembaga pendidikan formal.

Pengalaman Organisasi Sangat Membantu

Keesokan harinya, penulis melihat kondisi laboratorium komputer dan sistem pembelajaran yang ada.

Temuan yang sangat memprihatinkan berkaitan dengan sarana. Tidak sesuai dengan klausul perjanjian.

Dalam klausul perjanjian kontrak kerja ditegaskan bahwa lembaga kursus "menyediakan 10 unit komputer layak pakai". Kenyataannya, hanya 2 unit yang layak pakai.

Kondisi ini jelas mempengaruhi proses pembelajaran. Menghambat tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan guru kesulitan mempraktikkan langsung transfer ilmu.

Atas dasar kepentingan anak didik dan pengembangan sekolah, penulis mengusulkan sebaiknya sekolah mengelola sendiri laboratorium meskipun harus memulai dari awal.

Pimpinan saat itu khawatir ada tuntutan dari pihak lembaga kursus. Penulis tegaskan, justru sekolah yang berhak menuntut karena lembaga kursus melanggar dan atau tidak memenuhi kewajiban menyediakan sarana yang layak sesuai isi perjanjian.

Di titik inilah pimpinan memberi tanggung jawab lebih kepada penulis sebagai pengelola laboratorium. Tanggung jawab rangkap di samping tugas utama sebagai guru Mata Pelajaran IPS.

Penulis katakana,"Siap". Demi independen sekolah dan keterlayanan anak didik dalam memahami serta menguasai TIK meskipun sebatas menguasai Ms. Office berbasis Windows. Belum ke hal teknik dan programmer.

Pengalaman organisasi di kampus banyak membantu penulis sebagai yunior di lembaga kerja. Berbekal 2 unit komputer yang dihibahkan oleh lembaga kursus, dalam waktu 3 tahun dapat tersedia 12 unit Pentium III layak pakai. Spek yang cukup handal di tahun 2000-an.

Kini, seluruh guru sudah mahir operasional komputer dan dunia internet. Laboratorium komputer terus mengalami peremajaan dan sudah ada tenaga khusus yang kapabel untuk mengelola dan melaksanakan pembelajaran TIK lebih bermakna.

Wasana Kata

Lembaga pendidikan memang membutuhkan pengembangan diri sesuai tuntutan zaman. Membekali anak didik untuk tidak buta ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai pula dengan zamannya.

Rangkap tugas memang dibutuhkan untuk mengatasi keterbatasan sumber daya manusia (SDM) dalam organisasi. Khususnya mengikuti dinamika kemajuan iptek.

Hak untuk mengatur sistem kerja sepenuhnya ada pada pimpinan. Kapabilitas dan attitude seseorang tetap dibutuhkan sebagai titik penentu rangkap tugas.

Dalam kondisi semakin canggihnya perkembangan iptek, dibutuhkan pemimpin yang delegatif, demokratis, dan melek IT. Sehingga pengembangan lembaga pendidikan dapat lebih optimal dengan melibatkan seluruh potensi kelembagaan yang ada.

Sekian dan semoga bermanfaat.

 

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun