Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Salam Tempel Lebaran, Jangan Hilangkan Kebahagiaan Anak-anak!

18 Mei 2021   10:00 Diperbarui: 18 Mei 2021   12:53 895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Liburan Hari Raya Idul Fitri meskipun di kalender sebatas 2 hari, tetapi semaraknya hingga 1 minggu. Biasanya ditutup dengan tradisi memasak dan saling hantar makanan ketupat dan variannya.

Hari pertama dan kedua Idul Fitri begitu semarak. Tradisi "Menyulut Petasan" meskipun dibatasi masih menggema siang malam. Tua-muda hilir mudik saling anjangsana baik di kota dan di desa.

Bahkan suasana di desa masih begitu kental tradisi anjangsana dari rumah ke rumah nan semarak. Dari pagi hingga malam jalan-jalan perkampungan lebih ramai dibanding hari lainnya. Tentu semarak tradisi anjangsana lekat dan lebih lengkap dengan salam tempel.

Kelima, Sesuaikan Keadaan dan Kemampuan.

Tradisi salam tempel bukanlah kewajiban. Bagi yang merasa mempunyai rezeki lebih bahkan berlimpah, mereka tidak segan memberi salam tempel dengan menyelipkan uang pecahan 10.000 rupiah, 20.000 rupiah, hingga 50.000 rupiah untuk diberikan kepada anak-anak.

Bagi yang kurang mampu tidak ada keharusan memberi uang salam tempel. Anak-anak sudah mampu membaca situasi dan memaklumi kondisi yang ada. Diberi disyukuri, tidak diberi tetap dihormati.

Kenyataannya, salam tempel hampir dilakukan masyarakat dalam berbagai tingkatan sosial ekonomi. Label "Hari Raya Idul Fitri" sebagai "Hari Raya Anak-anak" sudah sepatutnya tradisi salam tempel melekat dan tidak dihilangkan untuk dilakukan demi kebahagiaan anak-anak.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun