Ramadan 1442 Hijriah (2021 Masehi) telah dijalani. Bulan suci yang penuh keberkahan dan pengampunan. Ramadan adalah bulan kesembilan dalam kalender Islam. Umat Islam di seluruh dunia merayakan dengan melakukan ibadah shalat tarawih, tadarus, puasa, dan ibadah lainnya.
Nuansa Ramadan 1442 Hijriah masih mengikuti Ramadan tahun lalu. Umat Islam menjalankan ibadah Ramadan dengan suasana pandemi Covid-19. Pembatasan aktivitas dan mobilitas sangat terasa demi mengutamakan kesehatan dan keselamatan bersama.
Pemerintah membolehkan ibadah Ramadan dengan memperhatikan protokol kesehatan. Tempat ibadah hanya boleh menampung 50% jamaah. Mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, memakai masker, dan tidak berjabat tangan wajib dilakukan.
Makna Ramadan
Ramadan dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) diartikan bulan ke-9 tahun Hijriah (29 atau 30 hari), pada bulan ini umat Islam diwajibkan berpuasa. Puasa Ramadan dilakukan oleh umat Islam setiap tahunnya selama sebulan penuh. Di bulan istimewa ini, semua pahala amal ibadah seseorang dilipatgandakan oleh Allah SWT.
Begitu istimewanya bulan Ramadan di sisi Allah SWT, hingga khusus puasa Ramadan, Allah melipatgandakannya menjadi tak terhingga. Tentunya, kesempurnaan pahala puasa dapat diraih jika umat Islam mampu menghindari perbuatan dosa dan memperbanyak ibadah kebaikan lainnya.
Pandemi dan Muhasabah
Nuansa Ramadan yang masih diliputi keprihatinan, menyadarkan kita untuk tetap bersabar dan lebih peduli pada sesama. Pandemi Covid-19 masih terus menimbulkan korban jiwa.
Kesadaran dan kesabaran betul-betul harus dipahami. Pandemi Covid-19 di Ramadan tahun ini bukan lagi menjadikannya sebagai polemik. Muhasabah adalah kunci menjalankan ibadah di bulan suci Ramadan untuk meraih pahala dan kemuliaan dari Allah SWT.
Muhasabah secara sederhana dapat diartikan sebagai introspeksi. Ramadan yang dimuliakan Allah hendaknya menjadi koreksi terhadap perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan, dan sebagainya dari diri sendiri.
3 Makna Muhasabah di Ramadan 1442 HijriahÂ
Ramadan 1442 Hijriah di masa pandemi kembali mengajarkan arti muhasabah lebih pada bagaimana memaknai bersabar, bersyukur, dan introspeksi.
Bersabar karena pandemi masih terjadi dan tidak tahu kapan akan berakhir. Bersabar untuk tetap patuh mengikuti anjuran pemerintah demi kesehatan dan keselamatan bersama.
Bersyukur karena dipertemukan lagi dengan bulan yang penuh keberkahan dan pengampunan. Tetap jalani Ramadan dengan memperbanyak ibadah dan bersyukur.
Meskipun euforia tidak seperti yang kita bayangkan, bebas melakukan aktivitas ibadah seperti sebelum pandemi, keberkahan bulan Ramadan tetap kita raih lewat memperbanyak beribadah dari rumah dan memperhatikan protokol kesehatan dalam segala aktivitas kebaikan.
Manusia tidak luput dari kelemahan dan kesalahan. Makna muhasabah sebagai introspeksi di bulan Ramadan hendaknya lebih dapat meningkatkan ketakwaan. Menyadari dan mau memperbaiki diri untuk menjalankan perintah dan menghindari apa yang dilarang oleh Allah SWT.
Istiqamah ibadah salat fardu tetap siram dan pupuk sebagai wujud takwa yang sebenarnya. Begitupun, istiqamah shalat tarawih untuk mendapatkan ampunan Allah SWT sesuai dengan sabda Rasulullah:
"Barangsiapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni dosa yang telah lampau."(HR. Bukhari, Muslim).
Pandemi jelas menimbulkan keterpurukan ekonomi. Banyak saudara kita yang kekurangan dalam hal materi. Bulan penuh berkah dan keagungan Allah SWT adalah momentum untuk saling berbagi, semampunya. Insyaallah pahala dilipatgandakan dan hanya orang beriman yang dapat merasakan manfaatnya kelak di hari akhir. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H