Sifat UJ yang ingin tahu dan mau bertanya akhirnya mendapat beberapa masukan. Produk “Tahu Kuning Probolinggo” yang ingin UJ kembangkan pada awalnya lemah dalam proses pengolahan, rasa, dan kemasan.
Penulis memberikan tiga tip bisnis rumahan olahan makanan. Pertama “resep” wajib dilakukan dalam proses pengolahan. Semua ada takarannya. Semua bahan ada jenisnya dan tidak boleh sembarang merk.
Kedua, “rasa” sesuaikan dengan lidah di mana produk akan dipasarkan. Lidah orang Madura jelas berbeda rasa dengan lidah orang Yogyakarta. Ini perbandingan nyata.
Berbekal sedikit ilmu karena memang banyak ilmu lain untuk mengembangkan produk bisnis rumahan, UJ menemukan titik cerah. Lambat laun produk “Tahu Kuning Probolinggo” menempati ruang hati pembeli dan pelanggan.
Dari pelanggan yang tersebar di Kecamatan Dringu, Leces, Sumberasih, hingga Kota Probolinggo, hampir setiap hari UJ mengantarkan sendiri hasil produk wirausahanya. Hal ini dimungkinkan, lewat media sosial dapat “menjangkau yang jauh” dan “merangkul yang dekat”.
Jalan Panjang Membentang ke Depan
UJ pribadi sederhana tetapi wawasannya cukup luas. Mengapa penulis menyimpulkan “cukup luas?”, ada satu keinginan UJ, tetapi satu ini belum UJ pahami secara utuh. Apa itu? Keinginan UJ memasarkan produk lewat marketplace.
Diskusi berlanjut saat bertemu sekian kali. Memasarkan produk lewat marketplace, butuh jalan panjang. Banyak syarat dan persyaratan yang harus dipenuhi.
Kening UJ berkerut. Mengalirlah kisah yang masih dipendam UJ, bahwa sebenarnya UJ sudah pernah bertanya tentang “bagaimana produk dapat dipasarkan secara online lewat aplikasi Shopee, Lazada, Tokopedia dan lainnya” ke pihak terkait.
Prasyarat contohnya standar kelayakan dan kebersihan tempat seperti ketersediaan pembuangan limbah usaha. Sedangkan syarat administrasi di antaranya mengisi formulir yang tidak cukup satu lembar, melampirkan IMB, dan mendapatkan ijin BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan).