Di sisi lain, keluarga yang ia cintai harus tetap mampu bertahan hidup dalam keadaan apapun. Tetapi, pantang bagi UJ menggantungkan nasib kepada saudara, apalagi orang lain.
Sebagai tenaga lepas di PT KSI, saat ada panggilan kerja, maka penghasilan didapat. Sewaktu tidak ada panggilan kerja di PT KSI, UJ gunakan untuk kerja serabutan.
Pekerjaan seperti menjadi buruh tani dan lainnya UJ lakukan. Intinya, kerja apapun tidak masalah yang penting halal, pasti UJ kerjakan.
Berbekal pesangon yang tidak seberapa besar, UJ melihat peluang bisnis rumahan “Tahu Kuning”. Peluang ini didasarkan belum ada produk “Tahu Kuning” di Probolinggo, dan juga UJ pernah bekerja di pabrik tahu sewaktu masih bujang merantau ke Surabaya.
Dikatakan “Khas Probolinggo”, meskipun sudah ada produk “Tahu Kuning Kediri” tetapi beda cara mengolahnya. “Tahu Kuning Khas Probolinggo” yang UJ ingin kembangkan sebagai produk unggulan memiliki proses, rasa dan bentuk yang beda. Itupun diolah berbahan alami dan tanpa bahan pengawet.
Dari Merangkak dan Hampir Disuntik Mati
Galibnya memulai sebuah usaha, jatuh bangun pasti dialami. Begitupun “Tahu Kuning Probolinggo” yang UJ rintis, juga mengalami jatuh bangun. Bahkan sempat ingin disuntik mati.
Keinginan UJ menghentikan wirausaha ini disebabkan beberapa kali tahu gagal produk. Artinya, rusak tidak menjadi tahu yang diinginkan. Hal ini disebabkan salah olah dan bahan yang tidak sesuai.
Belum lagi beberapa kali pula “Tahu Kuning” yang UJ jual hanya laku sedikit. Bahkan pernah beberapa kali pula tidak laku sama sekali.
Jelas ujian ini menggerus impian UJ untuk dapat menangguk untung. Jangankan untung, buntung yang UJ dapatkan. Bahkan pesangon sudah ludes untuk menambal rugi.