Mohon tunggu...
ARHIEF ER. SHALEH
ARHIEF ER. SHALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Sepi dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Istiqamah Ibadah dan Berpikir Positif, Cara Ebo' Mendidik Anak

19 November 2020   19:50 Diperbarui: 19 November 2020   20:23 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peluk Kasih Sayang Ibu Kepada Anak. Sumber : Dika Rukmana. Pixabay.com

Ebo', Teladan Hakiki Sejak Anak Usia Dini

Sekitar pukul 03.00 WIB, aku pasti rindu suara-suara dari ruang tengah dan dapur. Suara-suara yang biasa dimainkan oleh sosok Ebo'. Sosok inspiratif dan begitu dekat dengan kami.

Ebo' adalah panggilan super istimewa kami kepada sosok ibu satu-satunya. Panggilan Ebo' memang tidak sepopuler "Mama" ataupun "Bunda". Tetapi bagi sebagian orang Madura, panggilan Ebo' memiliki keistimewaan tersendiri. Serasa begitu dekat sebagai sosok ibu. Sosok yang mengasihi dan menyayangi keluarganya. Melebihi apapun dan siapapun di dunia ini.

Sebelum ayam-ayam jantan memamerkan kokoknya memecah sunyi, Ebo' sudah memainkan irama kehidupan. Suara air di kamar mandi dan dentang peralatan dapur jauh sebelum Subuh, penanda sosok Ebo' telah menggelar tanggung jawab. Menghampar kewajiban sebagai istri dan ibu bagi keluarganya.

Hampir tiap hari aku merekam dalam ingatan kebiasaan Ebo'. Selesai mandi dan wudhu, Ebo' lebih dulu menanak nasi. Sambil menunggu nasi matang, Ebo' menunaikan salat tahajud. Memohon dalam hening agar diberi kesehatan dan keberkahan hidup bagi seluruh keluarganya. Itu yang aku rekam sejak kecil dari sosok Ebo'.

"Kok sudah bangun, Rif?"

"Nggak bisa tidur lagi Bo'. Boleh nemenin Ebo' di dapur?"

Ebo' hanya tersenyum. Kembali mengingatkan kejadian waktu umurku 9 tahun. Waktu (mungkin) pertama kali aku menemani Ebo' menunaikan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai ibu.

Azan Subuh berkumandang. Menyeponggang dari berbagai penjuru. Membangunkan makhluk-makhluk ciptaan Tuhan untuk mengingat dan bersujud pada-Nya. Mensyukuri karunia dan memohon kemurahan-Nya.

"Titip jaga api. Jangan sampai padam ya..., Ebo' mau salat Subuh"

Aku mengangguk. Kulihat senyum Ebo' begitu tulus tanpa beban menjalani rutinitas yang ada. Kubalas senyum itu dan memainkan bara api yang memerah di dalam tungku untuk kembali menghimpun api, menanak nasi hingga matang.     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun