Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pengalaman Mendampingi Pasien Selama Pandemi Covid-19

18 Juli 2020   10:23 Diperbarui: 18 Juli 2020   18:59 1074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah dokter memeriksa kondisi anak saya, selang beberapa menit dua petugas mengambil sampel darah pasien. Sedangkan pendamping tidak dilakukan pengambilan sampel darah, hanya mendampingi pasien. Itupun hanya dibolehkan satu orang di ruang darurat Skrining Covid-19 pasien IGD. Baik pasien dan pendamping wajib memakai masker.

Selanjutnya saya diminta ke ruang administrasi. Petugas menjelaskan maksud dan tujuan pengambilan sampel darah pasien untuk keperluan rapid test. Lima lembar surat pernyataan yang tidak sempat saya baca langsung ditandatangani. Di pikiran hanya ada satu keinginan, anak saya cepat terlayani agar kondisinya membaik dan tidak sampai kekurangan cairan yang akut. Setelah menandatangani surat pernyataan, saya diminta menunggu hasil rapid test.

Satu jam berlalu, belum ada kejelasan hasil rapid test. Saya Tanya ke petugas dan perawat, masih disuruh menunggu. Dua jam berlalu menjelang Subuh, belum juga ada hasil rapid test. Petugas hanya menyampaikan, pasien yang datang di IGD cukup banyak sehingga petugas yang terbatas harus ekstra kerja. 

Selepas Subuh, beberapa pasien berdatangan dan langsung masuk ruang darurat Skrining Covid-19. Melihat ada banyak pasien yang datang, sempat membuat saya khawatir. Apalagi ada beberapa mobil ambulance datang membawa pasien rujukan. Petugas yang dari mobil ambulance semuanya  memakai APD lengkap. Sehingga menambah suasana beda dibanding hari normal sebelum pandemi virus corona. Tetapi, saya kuatkan pendirian dan selalu berdo'a agar keluarga terhindar dari paparan virus corona. 

Pukul enam pagi, kembali saya datangi bagian administrasi ruang IGD. Mungkin karena banyaknya pasien dan cukup lelah memberikan layanan, baru dapat info hasil rapid test anak saya. Alhamdulillah negatif, lega rasanya. Andaikan hasilnya positif, pasti kami menghuni ruang karantina pasien yang terpapar virus corona.

Hasil negatif rapid test sudah saya yakini. Mengingat selama pandemi virus corona, saya dan keluarga tidak pernah ke luar kota. Andaikan ke luar rumah, kami selalu memakai masker dan membawa hand sanitizer. Sesampai di rumah cepat mandi dan ganti baju. Masker cukup banyak, ada yang beli, ada pula yang diberi dari kantor tempat kerja.

Pukul delapan pagi dilakukan prosedur foto rontgen untuk memastikan kondisi organ pencernaan anak saya. Sembari menunggu hasil konsultasi dokter ahli, kami masuk ruangan IGD dalam gedung, tidak lagi di tenda darurat Skrining Covid-19. Praktis semalaman saya tidak tidur. Akses ke dalam ruang IGD betul-betul dibatasi secara ketat. Orang yang keluar-masuk pasti ditanya oleh empat orang Satpam. Anak dan orang yang sudah tua (selain pasien) dilarang masuk. Protokol kesehatan wajib diindahkan.

Pukul sebelas siang, barulah kami dibawa ke ruang rawat inap utama. Melewati bangsal-bangsal ruangan yang ada di dalam rumah sakit, terasa beda, tidak seperti sebelum merebak pandemi virus corona. Semua petugas kesehatan memakai APD lengkap. Ruang tunggu terlihat agak sepi, dan segala akses masuk dibatasi.

Di ruang rawat inap utama, hanya diisi satu pasien. Anak saya hanya diberi cairan infus dan obat suntik anti muntah, sembari menunggu obat dari resep dokter ahli (dokter anak). Dengan hanya bertiga saya, istri, dan anak, memungkinkan untuk istirahat sejenak. Melupakan kantuk yang semakin kuat mengganggu.

Sore, sekitar pukul empat, dokter ahli didampingi perawat melakukan kunjungan. Semua memakai APD lengkap, hanya suara yang tertangkap jelas, wajah tidak sama sekali. Sembari memperhatikan anak yang tertidur pulas, saya perhatikan peralatan yang ada di ruang rawat inap. Prosedur protokol kesehatan terpampang jelas. Etika bersin dan batuk juga ada. Hand sanitizer menempel di ranjang pasien, memudahkan untuk dijangkau.

Malam hari, suasana sepi semakin terasa. Hanya terdengar langkah perawat yang sesekali lewat. Pada saat jam bezuk, hanya beberapa langkah kaki terdengar, tidak riuh seperti waktu normal sebelum merebak virus corona. Situasi ini disebabkan petugas keamanan betul-betul tegas melaksanakan protokol kesehatan. Pembezuk yang tidak memakai masker dilarang masuk. Anak-anak dan orang yang sudah tua juga dilarang masuk. Pembezuk hanya diperbolehkan satu-persatu bergantian menjenguk pasien.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun