Rutinitas kerja tak terasa menyita kebersamaan dalam keluarga. Istri dan anak semata wayang yang masih sekolah di TK (Taman Kanak-kanak), hanya sedikit memiliki kebersamaan dengan sosok ayah sebagai kepala rumah tangga.
Gambaran di atas adalah potret keluarga kami. Sebagai guru, saya harus berangkat kerja sejak pagi hingga siang. Intensitas curahan kasih sayang antar anggota keluarga jelas berkurang. Belum lagi beban kerja terus berputar, menyita pikiran yang cukup berarti. Alhasil, "kehangatan keluarga" juga berkurang. Di hari kasih sayang, biasanya kami berdiskusi untuk mencari suasana baru. Suasana yang dapat memupuk kembali "kehangatan keluarga".
Kami bertiga mempunyai perbedaan untuk mengisi hari spesial seperti hari libur. Meskipun memiliki perbedaan pemikiran, dengan diskusi yang dilandasi saling menerima dan menghargai pendapat, dicapai kesepakatan untuk mengisi hari libur ataupun hari spesial lainnya seperti hari ulang tahun, ataupun hari kasih sayang.
Istri paling suka berburu kuliner untuk mengisi hari spesial maupun hari libur. Sedangkan anak kami, sangat suka menikmati destinasi wisata pantai. Saya sendiri, lebih suka nonton film di gedung bioskop ataupun televisi.
Beruntung bagi kami yang tinggal di Kota Probolinggo, perbedaan selera di atas dapat dikemas dalam satu acara "Jalan-jalan Sehari Di Hari Kasih Sayang". Ketiga perbedaan sebisa mungkin kami kemas dalam satu paket acara "City Tour" di Kota Probolinggo.
Hari kasih sayang di tahun 2018 tepat di hari Rabu. Hari dimana kurang memungkinkan bagi kami untuk merayakannya mulai pagi hari. Mengapa? Karena masih hari kerja. Kami sepakati untuk menggeser jam "City Tour" dari siang hari hingga malam.
Selepas jam kerja, sekitar pukul 14.00 WIB, sebagai driver saya siap mengantar kemanapun istri dan anak ingin "City Tour". Tempat pertama yang kami tuju Alun-alun Kota Probolinggo. Di sini kami berburu aneka kuliner, baik lokal maupun dari daerah lain. Di seputaran alun-alun, tersaji aneka kuliner. Sego jagung, nasi uduk, aneka soto, bakso, gado-gado, nasi pecel, ataupun nasi rawon, tinggal dituju mana yang suka. Begitu juga aneka minuman, mau dibungkus ataupun teguk di tempat, silahkan saja.
Puas menikmati aneka kuliner di Alun-alun Kota Probolinggo, giliran hobby saya tertuju. Nonton bioskop 6D di TWSL (Taman Wisata dan Studi Lingkungan). Kalau sudah bicara nonton, kami punya kesamaan, suka nonton film "Genre Horor". Sedap-sedap menakutkan sewaktu mulai tayang. Saya di tengah, istri sebelah kiri, anak sebelah kanan, saling berpegangan. Bukan hanya tegang selama tayang, tangan istri dan anak, saya pegang erat, takut jatuh. Maklumlah, dengan teknologi 6D, kita seakan diajak mengeksplorasi "dunia lain" seperti nyata. Kursi kadang ikut bergerak ke arah kemanapun proyektor film berpetualang. Tak jarang tiba-tiba tubuh kami dihentak ke depan dan ke belakang. Seru....dan tentu sangat spesial, karena kami saling menggenggam tangan dengan erat.
Keluar dari nonton film horor dengan teknologi 6D, kami saling ledek dan tertawa. Anak kami yang hiperaktif, tak mau kalah berdebat dengan bahasa kepolosannya. Sungguh suatu momen yang dapat kembali mengobarkan "kehangatan keluarga". Setelah puas nonton film 6D, kami berkeliling di Kebun Binatang TWSL. Aneka satwa dan kesejukan pepohonan yang ada serasa hidup di alam bebas.
Anak kami suka sekali suasana pantai dan memandang lautan lepas. Mobil bergerak memutar melewati pinggiran Kota Probolinggo. Sesampai di Gladak Serang, berbelok ke arah utara memasuki pusat Kota. Tepat depan Kantor Walikota Probolinggo, belok kiri. Di Jalan Sutoyo terdapat Museum dan Gereja Merah. Daerah ini masuk kawasan cagar sejarah yang terus dikembangkan menjadi destinasi wisata sejarah. Mobil bergerak lurus ke arah utara menuju pantai. Arah di mana ada 2 (dua) destinasi wisata pantai/pesisir, yaitu Pelabuhan Tanjung Tembaga dan BeJaay Bakau Resort (BJBR). Destinasi wisata favorit bagi anak kami.
Di Pelabuhan Tanjung Tembaga, biasanya kami tuju sudut pandang arah Barat Laut. Arah di mana dapat leluasa memandang lepas Laut Jawa. Juga arah dapat melihat dengan jelas aktivitas bongkar muat barang di Pelabuhan Tanjung Tembaga. Anak kami betah berlama-lama di sini. Biasanya dia akan mencari dan mengambil beberapa kerikil. Lantas kerikil di lempar memantul-mantul di atas permukaan air laut.
Pada saat air surut, kami turun menyusuri pasir pantai. Berjalan berkecipak di air laut sebatas mata kaki, mendatangkan sensasi tersendiri. Si kecil berlari-lari kecil. Kadang berhenti untuk memainkan pasir, dibentuk sesuka yang ia mau. Meskipun terik matahari kadang terasa, tak menjadi halangan bagi kami untuk membahagiakan keluarga.Apalagi di hari spesial,"Hari Kasih Sayang".
Menjelang sore, saat air pasang adalah waktu yang tepat ke BeeJay Bakau Resort (BJBR). Memasuki area ekowisata BJBR, ada eksotisme tersendiri menikmati hutan bakau yang terawat dan menyejukkan mata. Di pintu masuk, pengunjung berjejal membeli tiket. Selanjutnya tersedia area parkir luas untuk roda dua dan empat dengan beberapa petugas yang siap melayani secara cepat dan ramah. Area parkir dapat menampung 400 unit kendaraan roda dua dan 100 unit kendaraan roda empat.
BJBR memiliki fasilitas yang cukup lengkap dan aman. Mulai dari keamanan kendaraan sampai keamanan tempat wisata. Fasilitas lain seperti Toilet, Musholla, bahkan Cafe, tersedia di area BJBR. Betah rasanya di BJBR. Sejuknya hutan Mangrove dipadu suasana pasang surut air laut yang berganti tiap empat jam sekali, memberi kebahagiaan tersendiri bagi kami.
Di kawasan Majengan Bakau Beach, terdapat wahana hiburan dan kuliner seperti WaterBoom, Kafe Tenda, Indraloka Garden, Fantasy Land, Lapangan Volly Pantai, dan Piramida Botol. Hamparan pasir putih buatan dan beberapa saung dapat dijadikan tempat melepas penat, sembari melihat keceriaan anak-anak bermain di area Majengan Bakau Beach.
Sebelah selatan tempat parkir, terdapat hamparan hutan mangrove. Mata serasa sejuk menyusuri jalan dari tatanan kayu kelapa kokoh dan aman. Masuk agak ke dalam hutan mangrove yang asri, bersih, dan terawat terdapat Icon BJBR. Kami cukup lama berselfie maupun berwefie ria. Ada juga BeeJay Sabha Samudra, sebuah gedung atau ruang pertemuan. Dibangun langsung di atas pantai yang pasang surut dengan view langsung menghadap laut. Sebelah selatan BeeJay Sabha Samudra, terdapat Gembok Cinta, tempat menulis kenangan.
Di bibir pantai, tersedia Joging Trek yang bisa dimanfaatkan untuk Cycling dan Becak Wisata. Jika air laut pasang, pengunjung dapat menaiki Perahu Catamaran di area pantai BJBR. Jika cukup lelah menapaki JogingTrek, di pojok selatan sudah ada rest-O-tent. Restoran tenda dengan berbagai menu kuliner rumahan dan seafood. Jika minat bermalam, tersedia Bungalow dan Family Bungalows. Fasilitas menginap ini menghadap laut lepas, pantai pasang surut khas pantura. Ada juga "Patung Kuda Cipta Wilaha" yang lagi hits di medsos. Patung ini terletak arah tenggara.
Tak terasa waktu beranjak malam. Keindahan BJBR di malam hari dengan pernak pernik lampu yang memukau menutup acara "City Tour" spesial "Hari Kasih Sayang" di Kota Probolinggo. Kami rajut "kehangatan keluarga" cukup dengan berkeliling kota. Menikmati kuliner, destinasi wisata, dan nonton bioskop 6D yang ada.
Probolinggo, 28 Pebruari 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H