Jangan Berkaca Retak
Bersama deru ombak
Angin yang berhembus kencang
Kuarungkan keresahan jiwaku, dan
Mengkaramkan kemelut tak kunjung reda
Aku semakin lingkungannya
Hari-hari tak dapat ditemuinya
Isi pertiwi dipenuhi kepintaran diri
Seakan benar tiada punya rasa salah
Dimana dasar Pancasila
Yang isinya mencerminkan kedaulatan
Sudah bosankah dengan kerukunan hidup
Atau kepentingan adanya perpecahan antar umat
Namun pinta padamu
Wahai insan berhati mulia
Jangan kita berkaca pada keretakan
Sadar diri demi keutuhan bumi pertiwi
Surabaya, 27-12-2016 wib
Kompasiana dengan slogan “Beyond Blogging”, kami menembus batas dan menggantungkan harapan. Keutuhan bangsa di atas segalanya. Jangan sampai hancur lebur. Luluh lantak. Saling tikam dan tebas raga.
Di sunyi Fiksiana Kompasiana, kami tak mengharap sanjungan. Sekedar merangkai kata sastra. Dalam bentuk puisi, sajak, cerpen dan bentuk lainnya. Hanya satu tujuan untuk saling mengingatkan. Anak-anak bangsa, keluarga, dan saudara bukanlah mangsa. Mereka adalah harapan kita di masa kini dan masa yang akan datang. Mewujudkan Indonesia jaya dan sejahtera.
Di kanal Fiksiana Kompasiana, istana sunyi kami, kepada penguasa dan yang tak punya kuasa. Ingatlah Jasmerah (Jangan Sampai Melupakan Sejarah). Negeri ini dibangun dan tegak oleh para pejuang, bukan pecundang. Tegakkan panji-panji keadilan dan kebersamaan. Singkirkan intrik-intrik. Jangan lagi kau pantik. Demi terwujudnya rakyat dan negara Indonesia adil dan sejahtera dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Fiksiana Kompasiana adalah istana sunyi kami. Tempat kami berisik meneriakkan toleransi di negeri tercinta ini. Itulah peran Blog bagi kami sebagai bagian dari Blogger.
Ijinkan kami tutup secuil isi hati untuk NKRI lewat puisi di bawah ini.
Puisi Untuk NKRI