Ketiga. Biarkanlah anak didik berperilaku unik dalam meningkatkan konsentrasi pembelajaran.
Apakah anda sudah memperhatikan tingkah laku unik anak didik untuk dapat lebih konsentrasi? Biarkanlah mereka menggoyang-goyangkan kakinya. Biarkanlah mereka sesekali terlihat menggigit ballpoint. Biarkanlah sesekali mereka memandang ke luar kelas seakan termangu. Tingkah laku mereka sebenarnya menunjukkan upaya untuk lebih meningkatkan konsentrasi. Asalkan masih dalam taraf kewajaran, janganlah dilarang apalagi anda marah besar.
Keempat. Anda harus inovatif merancang media atau alat peraga pembelajaran.
Kemajuan teknologi sangatlah luwes. Memberi ruang yang maha luas bagi guru untuk berinovasi merancang dan menerapkan media atau alat peraga pembelajaran. Permainan sederhana, memanfaatkan barang bekas untuk alat peraga, adalah bagian alternatif untuk guru memberikan layanan terbaik proses pembelajaran agar anak lebih aktif dan berkonsentrasi. Swish Max, Lectora, Auto Play, seharusnya bukan lagi istilah asing dan tidak dikuasai guru untuk merancang media pembelajaran berbasis IT. Ini semua perlu guru kuasai untuk meningkatkan keaktifan dan mengurangi gangguan konsentrasi pembelajaran. Tinggalkan pola lama hanya ceramah yang mengakibatkan pembelajaran monoton dan tidak menarik.
Kelima. Buatkan lembar kerja untuk anak didik.
Yang dimaksud lembar kerja di sini bukan LKS dari berbagai penerbit yang terbiasa anda andalkan saat ini. Cobalah rancang dan terapkan sesuai karakteristik materi yang anda kembangkan. Media, alat perga, dan lembar kerja adalah satu kesatuan. Memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan konsentrasi dalam pembelajaran. Guru dan anak didik sama-sama enjoy selama kegiatan pembelajaran berlangsung (joyfull learning)
Keenam. Rancang alat evaluasi sesuai tujuan pembelajaran.
Hal inipun belum semua guru mau melakukannya. Soal-soal LKS dari penerbit masih menjadi andalan dan senjata evaluasi hasil pembelajaran. Bahkan tidak jarang menjiplak alat evaluasi milik guru lain baik dari “Mbah Google” maupun kegiatan lainnya. Adalah hal keliru tetapi tidak dikelirukan. Akibatnya, alat evaluasi melenceng dari tujuan pembelajaran dan tidak sesuai dengan karakteristik anak didik yang anda ajar, bimbing, dan arahkan. Jangan lupa, setelah anda merancang dan menerapkan alat evaluasi sesuai kaidah yang berlaku, segera diolah dan sampaikan hasilnya kepada anak didik dan orang tua.