Tanggal 7 Agustus 2015, kurang sepuluh hari bangsa Indonesia memperingati Hari Kemerdekaan, artikel pertama penulis dengan judul “Karya Tulis Ilmiah Untuk Guru” tayang di Website Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo. Tanggal 27 Agustus 2015, sepuluh hari bangsa Indonesia memperingati Hari Kemerdekaan, handphone penulis berdering tanda sebuah pesan singkat masuk.
DIALOG SINGKAT PENUH MAKNA
Isi pesan singkat sangat memotivasi, penuh makna dan penghargaan (reward) walaupun dalam bentuk ungkapan kalimat singkat. “Artikel Bapak di web dispendik bagus. Selamat. Apa boleh kenalan?” Isi sms di handphone jadul penulis. Karena penasaran, dialog berlanjut ”Boleh.. Siapa ini?”. Beberapa menit kemudian handphone kembali berdering “Saya Sapari dari Pajarakan pak”.
Penulis mencoba mengingat, siapakah Pak Sapari yang penuh perhatian ini. Sempat terlintas sesosok teman yang mungkin penulis kenal beberapa waktu yang telah lampau “Pak Sapari KS SMP Pajarakan 2?” penulis mencoba bertanya dan menebak. “Bukan Pak. Nama lengkap saya Achmad Sapari. Rumah di Desa Sukokerto Pajarakan”. Kembali penulis berusaha mengingat “Saya pernah dengar nama Bapak.. Unit kerja di mana Pak?” Tanya penulis penasaran. “He..he.. biar tidak penasaran. Saya pernah Kasikur di diknas, Kacabdin Tegalsiwalan, sekarang Kabid Sosbud Bappeda Kabupaten Probolinggo. Saya sering nulis di web dispendik dan media cetak. Saya senang kenalan dengan penulis. Tahun depan saya purna Pak Arif..he..he..”. Penulis hanya tersenyum kecut “Wah.. melenceng jauh.. Maaf Pak.. kapan-kapan bisa kontak darat. Saya juga ingin nimba ilmu dari Bapak.. Terima kasih atas semuanya”. Kembali dialog berlanjut ”Trim Pak.. Tulisan saya sederhana.. Maaf”. Merendah betul sosok Pak Sapari ini, hingga penulis ingat peribahasa: seperti padi, semakin berisi semakin merunduk (semakin tinggi ilmunya semakin rendah hatinya). Dialog penulis akhiri “Sama-sama Pak..”.
LUAR BIASA
Untuk menjawab rasa penasaran, penulis hunting artikel Website Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo. Lembar demi lembar halaman artikel web dinas dibuka. Luar biasa.. Pak Sapari sangat produktif menulis dan memposting artikel pendidikan di Website Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo. Tulisan beliau berbobot dan penuh makna. Mengedepankan optimisme dan memberi solusi.
Penulis nyatakan Pak Sapari produktif menulis dan rajin memposting artikel berdasarkan data artikel yang ada di Website Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo, belum media lainnya. Bulan Oktober 2014 ada satu artikel yang beliau posting. Bulan Nopember 2014 ada lima artikel. Bulan Januari 2015 terdapat enam artikel yang mampu beliau angkat ke web dinas. Februari 2015 ada lima artikel. Maret 2015 dua artikel. April 2015 satu artikel. Juni 2015 tiga artikel. Setelahnya, tulisan beliau di Website Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo tidak ditemukan lagi.
Sosok Pak Sapari sebagai penulis produktif penuh inspiratif bukan hanya dikenal lokalitas Probolinggo. Pada pertemuan Pembentukan Pengurus MGMP IPS PROVINSI JAWA TIMUR, ada beberapa rekan guru dari daerah Tapal Kuda yang sudah lama mengenal beliau sebagai penulis hebat. Bahkan beberapa penulis berbakat dan berprestasi tingkat nasional pernah menimba ilmu dari Pak Sapari. Banyak buku yang sudah beliau susun dan terbitkan.
MENCOBA MENGENAL SOSOK SANG TOKOH
Penulis mencoba menelusuri, siapakah Pak Achmad Sapari yang mampu menulis dan memposting gagasan-gagasan dengan mengedepankan optimisme dan penuh solusi. Alhasil pada artikel beliau yang berjudul “Guru, Buku, dan Penulisan Kreatif” sedikit terkuak jati diri beliau.
Pak Sapari pernah menjadi guru SD (1978-2000). Suka membaca dan mencintai buku yang dilanjutkan dengan menulis kreatif. Ketika awal “belajar menulis”, beliau tidak pernah merasa takut atau malu untuk mengirimkan tulisan ke media cetak maupun panitia sayembara. Pada tahun 1983, mengikuti sayembara penulisan naskah buku bacaan anak yang diselenggarakan oleh Depdikbud (sekarang Kemendikbud). Lebih lanjut Pak Sapari mengisahkan, waktu itu belum mempunyai mesin ketik, naskah yang dikirim ke Jakarta ditulis tangan. Naskah itu memang tidak menjadi juara, akan tetapi masuk kategori “10 naskah tergolong baik” sehingga diterbitkan oleh penerbit Balai Pustaka, Jakarta dengan judul Di Celah-celah Tanah yang Gersang pada tahun 1986. Pengalaman pertama tersebut benar-benar menjadi pengalaman belajar (learning experience) yang mampu memotivasi beliau menjadi guru profesional sekaligus penulis.
HARAPAN UNTUK GURU YANG PERLU DITELADANI
Pemikiran dan harapan Pak Sapari, penulis coba kutip dari artikel beliau yang berjudul “Guru, Buku, dan Penulisan Kreatif” (tayang di Website Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo tanggal 25 November 2015). Guru yang suka menulis memberikan dampak yang signifikan, baik bagi dirinya, siswanya, maupun masyarakat. Dampak bagi guru adalah setiap buku yang diterbitkan akan memperoleh imbalan, baik dengan sistem jual beli maupun royalty. Tidak sedikit guru yang suka menulis ketika jaya-jayanya Proyek Inpres menjadi “cukup berduit” karena bukunya dibeli oleh proyek. Buku para guru yang dibeli proyek juga dicetak dalam jumlah besar dan diedarkan ke seluruh tanah air. Maka, buku mereka akan dibaca oleh anak-anak Indonesia. Masyarakat pun turut membaca buku guru yang diedarkan di perpustakaan-perpustakaan desa.
Selain itu guru yang suka menulis akan menularkan hobinya kepada siswanya. Mereka akan membimbing siswanya sehingga siswa menjadi suka menulis seperti gurunya. Hampir bisa dipastikan di mana guru yang suka menulis mengajar di suatu sekolah, maka akan banyak muridnya yang juga gemar menulis. Karena suka menulis sudah dapat dipastikan bahwa anak-anak kita akan suka membaca. Dunia sastra akan sangat dekat dengan dunia anak-anak. Mereka akan akrab dengan nama Gerson Poyk, NH Dini, Arswendo Atmowiloto, Dwianto Setyawan, Enyd Bliton, William Shakespeare, Milton, Lord Byron, Emily Bronte, dan sebagainya.
SEMOGA
Niat penulis untuk menimba ilmu kepada Pak Sapari belum terlaksana. Beliau meninggal dunia pada tanggal 2 Desember 2015 (informasi ini penulis dapatkan dari Pak Suyitno yang juga seorang penulis kreatif dan produktif, Pengawas Berprestasi Tingkat Nasional tahun 2012 bersama dengan Pak Ganif Rojikin). Mungkin beliau sakit hingga sejak Juli sampai dengan Nopember 2015 tulisan beliau tidak tayang lagi di Website Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo. Namun, tulisan-tulisan beliau sangat menginspirasi penulis dan semoga para guru demikian pula.
Selamat Jalan Pak Achmad Sapari, tulisan Bapak akan kami kenang dan tak akan lapuk oleh jaman. Semoga amal baik Pak Sapari diterima dan segala dosa diampuni oleh Allah S.W.T. Tiada niat lain artikel ini penulis buat, selain untuk mengenang dan meneladani Pak Achmad Sapari sebagai Penulis inspiratif, produktif, kreatif, mengedepankan optimisme bagi dinamika dunia pendidikan, dan pemberi solusi dalam tulisan-tulisan beliau. Sekali lagi, selayaknya para guru khususnya di Kabupaten Probolinggo meneladani apa yang telah Pak Sapari sumbangsihkan bagi dunia pendidikan, sehingga melahirkan guru-guru profesional dan penulis pemula kreatif serta produktif sesuai harapan beliau. SEMOGA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H