Identitas
Judul : Gerbang Dialog Danur
Pengarang : Risa Saraswati
Penerbit : Bukune
Distributor : Kawah Media
Tahun Publikasi : 2015
Kota Terbit : Jakarta Selatan
Cetakan : Kedua puluh empat (Agustus 2018)
Jumlah Halaman :xii+224 halaman
Ukuran : 14 x 20 cm
Harga : Rp. 66.000,00
Pendahuluan
Tentang Pengarang
Risa Saraswati lahir di Bandung, 24 Februari 1985. Putri dari pasangan Iman Sumantri dan Elly R Sumantri ini adalah anak pertama dari dua bersaudara. Masa kecilnya dihabiskan di beberapa kota kecil Jawa Barat. Di antaranya; Kuningan, Ciamis, Subang, dan Karawang. Menetap di Bandung sejak duduk dibangku Sekolah Dasar kelas 5.
Beranjak Dewasa, Risa dikenal sebagai vokalis sebuah Band bernama Sarasvati. Selain itu, Risa juga bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di pemerintahan kota Bandung.
Meski sejak kecil terbiasa menulis dan mencatat semua kegiatannya dalam sebuah diary, Risa tidak pernah membayangkan menjadi penulis. Belakangan, diary tua itu ditutupnya, dan melanjutkan menulis dalam blog. Tulisan di blog itulah yang menjadi cikal bakal Danur — karya cetak pertama Risa, yang kelak disusul judul-judul lainnya.
Sinopsis
Novel Danur menceritakan tentang gadis yang bernama Risa yang bisa berinteraksi dengan hantu. Risa memiliki teman hantu bernama Peter, Hans, William, Janshen, Hendrick, Samantha, dan Asih. Novel ini mengisahkan kehidupan Risa kecil, Risa memiliki banyak teman gaib saat merasa kesepian. Kisah ini berawal dari Risa yang masih kecil dan memiliki kemampuan untuk peka terhadap kehadiran makhluk tak kasat mata. Risa tidak pernah punya teman, karena ayahnya bekerja di luar negeri, sedangkan ibunya, Elly, bekerja sebagai guru dan jarang pulang tepat waktu. Alur yang digunakan pada novel ini maju mundur.
Ketika Risa ulang tahun yang ke-8 tahun, dia berharap mendapatkan teman. Tak disangka-sangka, Risa kedatangan 3 orang teman, Peter, William, dan Janshen yang ternyata adalah hantu anak kecil keturunan Belanda. Anehnya, hanya Risa yang dapat melihat mereka bertiga. Tidak pernah membuat Risa menangis, tetapi Risa masih merasa kesepian.Sahabat-sahabatnya selalu membantu Risa untuk tetap bersekolah. Selama dua tahun Risa Menjalani hari-harinya bersama mereka.
Risa menemukan fakta yang mengejutkan. Kelima sahabat barunya yang merupakan keturunan Belanda ternyata bisa memutar kepala hingga kepalanya jatuh dan berdarah. Baju-baju yang dikenakan juga ada bercak darah dan sangat lusuh.Namun, sahabatnya Peter selalu memperingatkan untuk menutup kedua matanya agar tidak takut dengan ulah Peter.
Saat itu pula orang-orang Nippon membunuh Peter dengan sangat kejam. Disana, Hans,Hendrick, Janshen, dan William mulai menceritakan masa kecilnya yang sangat tragis. Risa kecil memang sangat jahil dan keras kepala.Sampai-sampai sahabat-sahabat hantunya membuat janji yang cukup menegangkan. Namun, Risa melanggar janji tersebut dengan berusaha bunuh diri sebanyak tiga kali.
Sembilan tahun berlalu, Risa kembali ke rumah masa kecilnya bersama Elly dan adiknya, Riri. Elly harus bertugas ke luar kota, sehingga Risa tinggal bersama Riri, Andri (sepupunya), dan nenek mereka. Riri mengumandangkan lagu “Boneka Abdi” dengan harapan dapat bertemu lagi dengan sahabat hantunya. Benar saja, Peter, William, dan Janshen pun hadir dan menuntun Risa ke alam gaib di mana Risa menemukan Asih sedang bersama dengan Riri.
Tetap saja Risa selalu merasa kesepian, karena hantu-hantu itu berteman dengan Risa hanya sesaat. Mereka datang silih berganti. Semakin lama Risa merasa terganggu oleh kelebihannya itu,tetapi dia tidak bisa menghindar dari takdirnya yang memiliki indera keenam.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
Novel ini sangat menarik dengan tema horor meskipun tak begitu menakutkan. Bahkan novel ini mengajarkan kita bahwa hantu juga memiliki sisi manusiawi ketika ia masih hidup. Tapi percaya atau tidak terhadap kisah hantu yang Risa tuliskan itu kembali ke diri sendiri. Seperti yang dikatakan Risa “tidak perlu mempercayai keberadaan mereka, karena mereka hanya butuh didengar”. Dalam novel ini menggunakan bahasa baku sehingga mudah untuk dipahami oleh para pembaca mengenai cerita dalam novel danur ini.
Kekurangan
Novel Danur ini dicetak menggunakan kertas buram, sehingga membuat pembaca kurang nyaman saat membaca. Terdapat banyak bahasa atau kata yang mengandung kekerasan fisik sehingga tidak cocok dibaca untuk usia dibawah 13 tahun.
Kesimpulan
Jangan pernah menyia nyiakan hidup, karena apa yang kita lakukan semasa hidup kita akan berakibat pada kehidupan kita di alam selanjutnya dan manfaatkanlah hidup sebaik mungkin. Dalam novel ini terdapat banyak sekali pesan moral yang dapat dipetik salah satunya tentang bagaimana kita harus menghargai hidup,memanfaatkan hidup sebaik-baiknya dan tidak menyia-nyiakannya, karena apa yang telah kita lakukan semasa hidup akan berdampak pada kehidupan kita di alam selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H