Mohon tunggu...
Array Anarcho
Array Anarcho Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Budak korporat yang lagi berjuang hidup dari remah-remah kemegahan dunia. Sekarang ini lagi dan terus belajar menulis. “Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”. – Imam Al-Ghazali.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Bobon Santoso dan Program Makan Siang Gratis Prabowo Subianto

30 April 2024   22:05 Diperbarui: 30 April 2024   22:07 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bobon Santoso adalah konten kreator yang akhir-akhir ini viral berkat video memasaknya. 

Ia berhasil mengaduk-aduk perasaan penonton YouTube dengan suguhan konten bertajuk 'Kuali Merah Putih'. 

Sudah beberapa bulan terakhir, Bobon melakukan roadshow ke wilayah pedalaman, khususnya Papua

Di sana, Bobon mengadakan program makan siang gratis, dan membagikan bantuan kepada anak-anak Papua. 

Tidak hanya sekadar masak-memasak saja, Bobon juga membuka sisi 'gelap' kondisi masyarakat Papua pedalaman yang ternyata kerap dilanda kelaparan

Bahkan, Bobon turut menunjukkan, betapa tertinggalnya masyarakat Papua, khususnya di wilayah Kombut. 

Ia menunjukkan bagaimana kurangnya perhatian pihak terkait terhadap masyarakat di pedalaman.

"Berdiri di atas emas, berjalan tanpa alas," begitu kata Bobon. 

Ia bahkan sampai meneteskan air mata ketika diundang dalam Podcast yang dipandu Deddy Corbuzier. 

Bobon begitu emosional ketika mengingat bagaimana kondisi masyarakat di Papua. 

Ia bercerita, masih ada masyarakat yang tak tahu tentang hewan sapi. 

Ketika disuguhkan daging sapi, masyarakat menyebutnya daging 'babi besar'. 

Selain menyuguhkan fakta mengenaskan itu, Bobon juga menampilkan bagaimana peran TNI dalam menjaga kedaulatan Indonesia. 

Pasukan TNI dari berbagai satuan bekerja keras merangkul masyarakat lokal yang umumnya tidak memiliki pekerjaan tetap.

Masyarakat yang cuma mengandalkan hasil berburu dan berkebun, banyak bergantung pada TNI.

Apalagi soal kebutuhan pokok. 

Jika kita yang tinggal di perkotaan ini sudah lumrah mengonsumsi nasi, bagi masyarakat Papua pedalaman, nasi adalah benda paling berharga. 

Meski makanan pokok mereka umumnya sagu, tapi masyarakat Papua juga sangat senang ketika disuguhkan mi instan. 

Karena kondisi ini pula, TNI yang berdinas di sana mau tak mau kerap menerima barteran hasil kebun atau buruan, untuk ditukarkan dengan mi instan atau beras. 

Meski aparat belum membutuhkan barang yang dibawa oleh masyarakat, tapi TNI tetap menerimanya, dan menggantinya dengan mi instan atau uang.

Sejak video Bobon ini viral, tak sedikit netizen yang kemudian menyinggung program makan siang gratis Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuning Raka. 

Banyak yang mengatakan, bahwa program Prabowo Subianto cukup masuk akal. 

Apalagi jika program tersebut diterapkan di wilayah Papua pedalaman. 

Namun begitu, tentu program makan siang gratis ini membutuhkan biaya yang sangat besar. 

Wakil Ketua Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko mengatakan, bahwa biaya yang dibutuhkan untuk makan siang gratis ini mencapai Rp 450 triliun pertahun.

"Sehingga diperkirakan secara bertahap program ini memerlukan pembiayaan sebesar Rp 100 Rp 120 triliun rupiah pada tahun pertama pemerintahan PrabowoGibran," kata Budiman. 

Ia mengatakan, program ini tidak hanya melalui pendekatan pembelanjaan hilir (langsung belanja porsi makan tanpa menyiapkan sumber bahan pangannya) dan mengandalkan APBN saja, agar program ini lebih berdampak secara pertumbuhan dan kemandirian ekonomi nasional.

Sebagai gambaran dengan mengacu pada komposisi makanan 4 Sehat 5 Sempurna, maka program ini dalam skala penuhnya akan memerlukan hingga 6,7 juta ton beras per tahun, 1,2 juta ton daging ayam per tahun, 500 ribu ton daging sapi per tahun, 1 juta ton daging ikan per tahun, berbagai kebutuhan sayur mayur dan buahbuahan, hingga kebutuhan 4 juta kiloliter susu sapi segar per tahun.

"Karena itu, PrabowoGibran merencanakan program ini akan dibangun dengan format kolaborasi para pemangku kepentingan di sektor industri pangan nasional. Pembelanjaan hulu, hilirisasi komoditi pangan skala kabupaten, serta konsep Collaborative Farming yang melibatkan industri pangan nasional akan mewarnai implementasi program ini," paparnya.

Desa akan diandalkan sebagai basis produksi komoditi dan bahan pangan yang dibutuhkan untuk menyediakan makan siang dan minum susu gratis. 

Diperkirakan sekitar 10 ribu desa dari total 74.961 desa bisa dilibatkan memproduksi padi untuk memenuhi kebutuhan program ini.


Karena biaya makan siang gratis ini cukup besar, tentu banyak pihak yang mengkhawatirkan pembengkakan pada anggaran negara. 

Sebagai solusinya, ada baiknya program makan siang gratis ini dibiayai pakai harta koruptor saja. 

Selama 2023 hingga April 2024, sudah entah berapa koruptor yang ditangkap aparat penegak hukum. 

Jumlah harta yang disita pun terbilang fantastis. 

Seperti baru-baru ini soal kasus tambang timah.

Masing-masing terduga koruptor itu hartanya disita untuk negara. 

Pertanyaannya, kemana semua harta koruptor yang disita itu nantinya?

Akan digunakan untuk apa harta tersebut? 

Dari pada tak jelas juntrungnya kemana, lebih baik dipakai saja untuk memberi makan rakyat miskin, menyekolahkan anak kurang mampu, dan membangun infrastruktur di wilayah pedalaman yang hancur lebur. 

Jika solusi ini dianggap terlalu mengada-ada, tapi patut dicoba. 

Hal serupa pernah terjadi saat Ali Sadikin menjadi Gubernur DKI Jakarta. 

Ali Sadikin membangun Jakarta lewat pajak judi. 

Nyatanya, meski mendapat tentangan dan kisruh soal halal dan haram, Ali Sadikin mampu mengelola pajak judi itu menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat, ketimbang cuma sekadar nyangkut ke kantong oknum aparat.

Begitu juga soal harta koruptor ini. 

Dari pada nanti pemerintahan yang baru dituding membebani rakyat, ada baiknya rakyat mulai membebani para koruptor bangsat yang menggerogoti duit negara tersebut.(ray)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun