Mohon tunggu...
Array Nuur
Array Nuur Mohon Tunggu... -

krusuk-krusuk... pletuukkk... ketimprang..... bledugg.... jedoorrrr.... hapooowww.... cleebbb.... deziiiigggg... deziiiiggg..... tuuuuuuiiiiiingggg... duaaarrr.... 2654042D

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Negeri Pelupa

19 Januari 2016   10:52 Diperbarui: 19 Januari 2016   11:10 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagi-lagi, tak sedikit pula yang lupa di negeri ini ada aturan dan landasan hukum yang mengatur segala aspek kehidupan. Sehingga karena lupa itulah secuil oknum bertindak sesuka udelnya langgar sana langgar sini merugikan orang lain, merasa punya kekuatan bisa membuat lupa aparat penegak hukum menindaknya.

 

Sungguh menggelikan di negeri pelupa ini, orang dibuat tak sulit melupakan. Seiring datangnya musim hujan dan konon kebakaran hutan sudah padam karena curahan air dari langit lantas membawa hanyut kasus kebakaran hutan entah ke laut mana. Walhasil lupalah orang pada kebakaran hutan yang dampaknya menyengsarakan rakyat, bahkan memakan tumbal nyawa rakyat tak berdosa. Tapi lain dari itu, warga masyarakat yang kebagian dampak asap kebakaran lahan juga dengan hebat dan legowo lupa beberapa bulan di tahun kemarin mereka menderita karena dampak asap. Hebat bukan?

 

Konon di negeri pelupa ini, selain mudah lupa, orang-orangnya juga jago membuat lupa. Entahlah, setelah penulis yang pelupa juga sempat terbersit kalau peristiwa-peristiwa yang menjadi isu besar itu adalah upaya membuat lupa. Misalnya, konon untuk membuat publik lupa pada kasus kebakaran, muncullah isu besar ramai-ramai menyorot papa minta saham. Konon juga sorotan papa minta saham upaya untuk melupakan desas-desus Freeport. Lantas setelah itu ada peristiwa teroris Sarinah Thamrin yang konon untuk melupakan isu besar sebelumnya. Dan masih banyak lagi. Entahlah. Dan  tentu saja penulis juga lupa bahwa penulis bukan pengamat yang kompeten. Ini sekadar asumsi iseng.

 

Harus Banyak Lupa

Tapi memang jika Indonesia ingin menjadi bangsa yang lebih hebat lagi, mungkin harus lebih banyak lupa. Supaya bangsa ini menjadi bangsa yang tidak “pundungan”, yang bermental baja dan tidak banyak sakit hati. oleh karena Indonesia, dan kebanyakan rakyatnya cepat melupakan para pendosa, lupa pada banyak kasus penyelewengan, korupsi dan kesewenang-wenangan yang terjadi di negeri sehingga Indonesia akan dinobatkan sebagai negara “move on” tercepat di seantero jagad.

 

Sebagai rakyat kecil, da kita mah apa atuh, cuma bagian kecil di negeri pelupa ini. Mau bagimana lagi kalau ingin hidup tenang dan tidak banyak galau, mungkin harus banyak-banyak lupa. Kalaupun mau menyalahkan si “lupa”, ah tidak mungkin juga, karena lupa adalah bagian dari fitrah manusia. Jadi, lupa sungguh membantu mengingatkan kita adalah manusia. Lupa sungguh membantu kita semakin menjadi manusia hebat bukan?

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun