Lagi-lagi, tak sedikit pula yang lupa di negeri ini ada aturan dan landasan hukum yang mengatur segala aspek kehidupan. Sehingga karena lupa itulah secuil oknum bertindak sesuka udelnya langgar sana langgar sini merugikan orang lain, merasa punya kekuatan bisa membuat lupa aparat penegak hukum menindaknya.
Sungguh menggelikan di negeri pelupa ini, orang dibuat tak sulit melupakan. Seiring datangnya musim hujan dan konon kebakaran hutan sudah padam karena curahan air dari langit lantas membawa hanyut kasus kebakaran hutan entah ke laut mana. Walhasil lupalah orang pada kebakaran hutan yang dampaknya menyengsarakan rakyat, bahkan memakan tumbal nyawa rakyat tak berdosa. Tapi lain dari itu, warga masyarakat yang kebagian dampak asap kebakaran lahan juga dengan hebat dan legowo lupa beberapa bulan di tahun kemarin mereka menderita karena dampak asap. Hebat bukan?
Konon di negeri pelupa ini, selain mudah lupa, orang-orangnya juga jago membuat lupa. Entahlah, setelah penulis yang pelupa juga sempat terbersit kalau peristiwa-peristiwa yang menjadi isu besar itu adalah upaya membuat lupa. Misalnya, konon untuk membuat publik lupa pada kasus kebakaran, muncullah isu besar ramai-ramai menyorot papa minta saham. Konon juga sorotan papa minta saham upaya untuk melupakan desas-desus Freeport. Lantas setelah itu ada peristiwa teroris Sarinah Thamrin yang konon untuk melupakan isu besar sebelumnya. Dan masih banyak lagi. Entahlah. Dan tentu saja penulis juga lupa bahwa penulis bukan pengamat yang kompeten. Ini sekadar asumsi iseng.
Harus Banyak Lupa
Tapi memang jika Indonesia ingin menjadi bangsa yang lebih hebat lagi, mungkin harus lebih banyak lupa. Supaya bangsa ini menjadi bangsa yang tidak “pundungan”, yang bermental baja dan tidak banyak sakit hati. oleh karena Indonesia, dan kebanyakan rakyatnya cepat melupakan para pendosa, lupa pada banyak kasus penyelewengan, korupsi dan kesewenang-wenangan yang terjadi di negeri sehingga Indonesia akan dinobatkan sebagai negara “move on” tercepat di seantero jagad.
Sebagai rakyat kecil, da kita mah apa atuh, cuma bagian kecil di negeri pelupa ini. Mau bagimana lagi kalau ingin hidup tenang dan tidak banyak galau, mungkin harus banyak-banyak lupa. Kalaupun mau menyalahkan si “lupa”, ah tidak mungkin juga, karena lupa adalah bagian dari fitrah manusia. Jadi, lupa sungguh membantu mengingatkan kita adalah manusia. Lupa sungguh membantu kita semakin menjadi manusia hebat bukan?