Mohon tunggu...
Array Nuur
Array Nuur Mohon Tunggu... -

krusuk-krusuk... pletuukkk... ketimprang..... bledugg.... jedoorrrr.... hapooowww.... cleebbb.... deziiiigggg... deziiiiggg..... tuuuuuuiiiiiingggg... duaaarrr.... 2654042D

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rindu Itu Koma: Kisah Kecil Epilepsi #Stadium 3 - Tiga Puluh Tujuh s/d Tiga Puluh Sembilan

15 Oktober 2013   12:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:31 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada lagi alasan tertentu kenapa dia memilih berjualan bunga mawar, bukan bunga bakung, anyelir, atau anggrek. Tentu akan lebih banyak alasan, baik alasan yang sudah ada dan alasan lain yang dibuat-buat. Dengan berjualan mawar, dia ingin menjadi bagian yang ikut hadir di antara wacana keindahan dan romantisme cinta, dan di antara sejoli yang dimabuk cinta. Dia ingin berada di dalam alam penuh simbol-simbol feminis. Dia ingin berada di antara jargon bahwa "katakanlah dengan bunga".

Sempat jadi pertanyaan Koma, benarkah, cukup bunga saja dapat mewakili sesuatu yang ingin diungkapkan. Benarkah semua orang sudah belajar dan mengetahui kode, sandi, simbol-simbol, atau bahasa bunga? Atau apa mungkin akan ada kriptografi khusus bunga? Dan apakah seumuran Koma sudah berhak, pantas merasa, atau sudah cukup tepat terlibat dalam wacana cinta dan segala romantikanya? Tapi, dia tak begitu mengejar jawaban-jawabannya.

Menjadi pedagang bunga mawar, hasilnya tak berbeda dengan pekerjaan sebelumnya. Yang berbeda hanya jangkauan area kerja Koma meluas, selain di perempatan lampu merah, juga merambah ke taman. Dia menemukan ternyata taman lebih nyaman dan sejuk dibanding di jalanan. Taman penuh simbol romantisme keindahan. Pekerjaan ini pun tak lama, hanya dua bulan. Koma merasa sudah cukup terlibat dalam wacana cinta walaupun belum memahami lebih dalam. Dan, dia tak ingin terperosok lebih dalam pada dramatis romantisme cinta.

Koma menjadi kutu loncat yang berpindah-pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain lantaran ketagihan mencari-cari tantangan dan kesulitan. Jenuh dengan segala keberuntungan yang menaungi, dia ingin banyak merasakan ketidakberuntungan. Seringkali dia merasa iri pada orang-orang yang begitu menikmati kesulitan dan kegagalan. Ingin sekali dia lebih mengecap seperti apa rasanya, meraba lebih lama seperti apa bentuk dan tekstur "kegagalan" itu. Ingin sekali Koma menyingkirkan keberuntungan yang selalu menguntit kemana pun dia pergi. Tapi bagaimana caranya, sosoknya saja tak mampu diihat, apalagi dia jamah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun