Mohon tunggu...
Array Nuur
Array Nuur Mohon Tunggu... -

krusuk-krusuk... pletuukkk... ketimprang..... bledugg.... jedoorrrr.... hapooowww.... cleebbb.... deziiiigggg... deziiiiggg..... tuuuuuuiiiiiingggg... duaaarrr.... 2654042D

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rindu Itu Koma: Kisah Kecil Epilepsi #Stadium 2 - Tiga Puluh Satu s/d Tiga Puluh Tiga

10 Oktober 2013   17:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:43 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan akting meyakinkan, Tarya segera menyerahkan alamat keberadaan si anak hilang itu pada sang pasien. Dia menyampaikan apa yang Koma temukan dengan bahasa dan gayanya sendiri, seolah itu hasil penerawangannya sendiri. Saking yakin dengan hasil pelacakan Koma dan untuk lebih meyakinkan si pasien, Tarya berani menjamin sembilan puluh sembilan persen tidak akan meleset.

Setelah mendapatkan petunjuk dari sang paranormal gadungan -yang lebih mirip badut ulang tahun pintar memainkan situasi menjadi meriah, sang pasien pamit. Tak menunda lagi, hari itu juga sang pasien bergegas mencari anaknya.

Tak berakhir itu saja, otak Tarya makin encer untuk lebih memanfaatkan peluang. Setelah tahu bahwa sang pasien orang kaya yang siap jor-joran, dia meminta jika anak itu sudah ditemukan, supaya mengadakan selamatan di tempat prakteknya dengan memotong seekor sapi. Tak sulit memenuhi permintaan Tarya, sang pasien mengiyakan. Memotong seekor sapi tak begitu menambah keuntungan Tarya, tapi keuntungan lain yang didapatnya adalah pencitraan, itu akan menandaskan kehebatan dirinya sebagai paranormal agar semakin tersebar dan orang-orang kian teryakinkan.

***

Walaupun licik, Tarya tidak serakah. Dia membagi hasilnya dengan Asih dan Bi Tati. Tapi tentu saja Tarya mendapatkan bagian paling besar. Koma mendapat bagian dengan diajak berjalan-jalan.

Siang itu meski banyak orang hendak berobat dan dengan sabar menunggu, praktek Tarya diliburkan sampai besok dengan alasan akan mencari sesuatu untuk keperluan pengobatan mendesak. Meskipun kecewa, bahkan ada yang datang dari tempat jauh, tapi tak ada pilihan bagi calon-calon pasiennya selain kembali pulang atau menunggu sampai besok.

Tarya membawa Koma berjalan-jalan, bermain di pusat perbelanjaan, naik komidi putar, membelikan beberapa potong pakaian dan mainan baru. Pulangnya membeli buah kesukaan Tarya, durian. Dan dia memanfaatkan Koma lagi untuk memilih beberapa yang paling bagus dengan memeriksa dari suaranya. Setelah bersenang-senang hingga sore hari, mereka pulang.

Sampai di depan rumah, Tarya disambut mobil bak terbuka berisi seekor sapi cukup gemuk. Di ruang tamu yang difungsikan sebagai ruang tunggu para pasien, sudah tampak seorang lelaki dengan bocah perempuan seumuran Koma, dialah pasien yang kehilangan anaknya itu. Melihat kedatangan Tarya, pasien itu menyambut gembira sambil tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih. Bocah perempuan yang bersama sang pasien adalah anak hilang itu, cepat sekali ditemukan. Tarya tak menyangka hasil pelacakan Koma sejitu itu. Sang pasien datang kembali untuk menyerahkan seekor sapi, sekalian anaknya supaya diruwat Tarya agar tidak menghilang lagi.

Tiga Puluh Tiga

~ Paranormal Cilik ~

Tarya serasa di atas angin. Dia bangga atas keberhasilan, yang sebetulnya adalah keberhasilan Koma. Selepas keberhasilannya itu, Tarya makin sohor sebagai paranormal mumpuni. Orang-orang semakin ramai berdatangan untuk berobat kepadanya. Kabar itu tersiar sampai ke telinga Abah Jumadi, paranormal yang sudah lebih dulu berpraktek di sekitar wilayah itu. Abah Jumadi geram karena kalah tenar, terlebih dia ketakutan calon pasien-pasiennya beralih kepada Tarya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun