Mohon tunggu...
Array Nuur
Array Nuur Mohon Tunggu... -

krusuk-krusuk... pletuukkk... ketimprang..... bledugg.... jedoorrrr.... hapooowww.... cleebbb.... deziiiigggg... deziiiiggg..... tuuuuuuiiiiiingggg... duaaarrr.... 2654042D

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rindu Itu Koma: Kisah Kecil Epilepsi #Stadium 2 - Tiga Puluh Satu s/d Tiga Puluh Tiga

10 Oktober 2013   17:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:43 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Barang-barang itu seperti apa Ki?"

"Pakaian yang pernah dipakainya. Atau, barang apa saja yang pernah bersentuhan dengan anak bapak, seperti boneka atau bantalnya barangkali."

Tarya pikir, benda-benda yang pernah bersentuhan dengan anak hilang itu bisa dijadikan media. Tapi, dia belum tahu bagaimana mengaplikasikannya pada Koma. Anjing pelacak punya kelebihan pada hidungnya, sedangkan kelebihan Koma mendeteksi dengan pedengaran, bukan mengendus. "Ah, bagaimana nanti. Besok kita pikirkan lagi,"cetus di hati Tarya.

Bagian paling pokok, spekulasi, Tarya mengatakan beberapa benda yang harus dibeli sebagai syarat-syarat, dan harganya mahal. Itu semacam tawaran dan pertanyaan, 'siapa yang paling butuh, berani bayar mahal?' Tarya mematok harga syarat-syarat sebagai keperluannya, dengan nilai sekian juta rupiah. Pada masa itu nol enam digit nilainya sangat mahal. Tapi, diluar dugaan, sang pasien menyanggupi, sama sekali tak ada tawar menawar. Pikir sang pasien, harta bisa dicari, tapi anak tak bisa dibeli dimana pun.

Kartu kunci sudah di tangan Tarya, tinggal memainkannya. Dan mangsa sudah masuk dalam jeratnya. Tarya mengatakan harus membeli ini itu sebagai sesajen, dan hanya dia sendiri yang tahu dimana mendapatkannya. Sang pasien hanya perlu mengeluarkan sejumlah uang, dan tahu beres saja.

Kalau pasien sudah mau memenuhi syarat dan bayaran yang mahal, sebuah keuntungan besar bagi Tarya. Kalupun gagal, ada tuntutan dari pasien misalnya, dengan gampang dia bisa menghilang. Di sana Tarya tinggal sendiri. Ibu dan kedua adiknya sudah lama pindah. Dia bisa kabur dengan mudah, tak ada yang menghalangi. Paling-paling hanya istri dan mertuanya yang akan menanggung akibat, sedangkan Tarya dapat melenggang bebas, menikmati keuntungan sendirian.

***

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali pasien itu sudah mengetuk pintu tempat praktek Tarya, di saat orang-orang yang hendak berobat belum datang. Dia ingin menyegerakan, tak mau menunggu lama-lama lagi, sudah terlampau rindu ingin bertemu sang anak. Melihat datang lebih awal, Tarya semakin yakin dengan keseriusan pasien itu.

Tarya mempersiapkan segala sesuatunya. Dia mencokok Koma yang baru selesai mandi untuk menunjang pekerjaan Tarya, yakni bertugas sebagai pelacak. Koma lebih mirip sebagai anjing pelacak, siap melacak apa pun yang diminta oleh tuannya. Dan majikan yang harus dilayani Koma adalah Tarya. Karena memegang tombol kendali, Tarya dapat mengendalikan Koma kapan dan dimana pun dia kehendaki. Tiada kata kasihan pada bocah yang belum mengerti jika sebetulnya sedang dimanfaatkan, atau lebih tepatnya sedang diperlakukan sebagai anjing pelacak oleh Tarya.

***

Koma sudah siap di posisi, menunggu intruksi Tarya, seperti hari-hari sebelumnya. Tarya menerima persyaratan yang dia pesan, sepotong baju si anak hilang dan boneka beruang yang seringkali menemani anak itu tidur. Dan, yang paling inti adalah sejumlah besar uang untuk membeli persyaratan lain yang dia tekankan kemarin. Tarya pamit dengan dalih akan melakukan ritual dan membiarkan pasien itu menunggu. Dia berpesan agar jangan ada yang mengganggu selama proses ritual itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun