bulan pecah di tenggorokan
paruh malam tercekik di tengkuk
asma gelora membabibuta
duhai kasmaran yang goyah diterpa angin subuh
kukandangi dengan bimbang//
sukma-sukma
merapat dalam sintal tubuh dendam
memeluk sepi
purba dan kerap mematikan
mari bercerita tentang fantasi surga//
darah-darah
gemulung menghantar keluh ke ketiak
tempat dimana benci beraroma
rasa sungkan
sari-sari keheningan
agar sabda banyak makna//
siapa aku siapa kamu
kita dan mereka
cintalah cinta mainkan rasa
padu ragu lagu sendu
bangkai dan susu madu
tubuh rusuh simbah peluh
piuh,//
getar-getar
bangkitkan aku dalam suasana dungu
tak ada frasa atau alinea
mampu menggelambir kecewa
selain hegemoni permisif//
kaf untuk kun
arus iman, deraslah deras
bernyanyilah di atas diri yang sepi
sesuatulah, tunjukkan nikmat khalwat
ini cinta
ini cinta
ini cinta
hasrat pecundang
mengangkat tangan
dan mengantarkan kening mencumbu tanah//
ha mim ‘ain sin qof
sihir aku, selalu
dalam rindu itu,
Bandung, 13027314
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H